Pilkada Makassar barangkali akan mencatat sejarah pilkada di Indonesia. Sampai dengan batas terakhir pendaftaran calon di KPU, 12 Juli 2008, sedikitnya tujuh pasangan calon berpeluang lolos sebagai calon.
Yang luar biasa, tiga di antaranya adalah pasangan calon independen. Ini fenomena baru munculnya calon independen dalam pilkada di Sulawesi Selatan kalaulah para calon dari jalur nonpartai itu akhirnya lolos.
Bila calon independen lolos sebagai calon resmi, tentu ini bakal menjadi sinyal buruk bagi partai politik yang menjual "pintunya" terlampau mahal: konon untuk calon wali kota tarifnya sampai Rp 5 miliar hanya untuk mendapatkan dukungan resmi.
Di bagian bawah laporan Tribun Timur, Makassar, ini ada pengakuan calon independen yang mengatakan, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hampir 40 ribu KTP sebagai syarat dukungan hanya sekitar Rp 500 juta. Jauh lebih murah dibandingkan harus melewati pintu partai politik.
Berikut laporan selengkapnya:
Sumber: Tribun Timur, Makassar
http://tribun-timur.com/view.php?id=86941&jenis=FrontRabu, 09-07-2008
Calon Wali Kota Diprediksi 7 Pasang
Sudah Empat Pasang Calon yang Daftar, Tiga dari Independen; Kepastian Lolos Verifikasi Independen 12 Juli; Calon Tambah Dukungan KTP; IASmo, Halim-Jafar, dan idial Senang Banyak Calon
Makassar, Tribun - Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar yang bertarung di pemilihan umum (pemilu) wali kota, 29 Oktober mendatang, diperkirakan mencapai tujuh pasang kandidat, termasuk kandidat dari jalur perseorangan (independen).
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi mingguan Tribun Timur yang menampilkan Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pendaftaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar, Pahir Halim, Selasa (8/7).
Selain Pahir, diskusi tersebut juga dihadiri kandidat pasangan dari jalur independen, Ilham Alim Bachrie- Herman Handoko.
Kandidat dari jalur yang diusung partai politik yang diperkirakan lolos adalah Halim Razak-Jafar Sodding (Halim-Jafar) yang diusung PKS dan koalisinya yang telah mendaftar 6 Juli lalu.
Kemudian Idris Manggabarani-Adil Patu (idial) yang diusung Partai Demokrat, PDK, dan Partai Patriot Pancasila, akan mendaftar, Kamis (10/7) besok, dan kandidat usungan koalisi Golkar, Ilham Arief Sirajuddin- Supomo Guntur (IASmo), yang akan mendaftar, Jumat (11/7).
Juga ada pasangan yang diusung PPP dan koalisinya, Ridwan Syahputra Musagani-Irwan A Paturusi yang akan mendaftar pada 12 Juli.
Sementara di jalur independen, selain Ilham-Handoko, dua pasangan calon lainnya yang juga sudah mendaftar adalah Iriyantosyah Kasim DM-Abdul Razak Djalle dan dan Firmansyah Mappasawang-Kasma F Amin yang sudah menambah 9.000 dukungan.
"Saya memang memperkirakan peserta Pilkada Makassar sekitar enam atau tujuh pasang. Ini menandakan demokrasi di Makassar sangat dijunjung," kata Ilham Alim Bachrie.
Tambahan Dukungan
Pahir mengatakan, KPU Makassar bukan dalam kapasitas menentukan berapa pasang calon yang akan bertarung di pemilihan wali kota Makassar.
"Kalau berdasarkan distribusi jumlah parpol, dan alokasi biaya kita mengasumsikan enam calon. Itu belum termasuk calon independen," katanya.
KPU memberikan kesempatan pada calon independen untuk memperbaiki jumlah dukungannya sebelum akhir masa pendaftaran, 12 Juli nanti.
"Pada prinsipnya, perbaikan dukungan hanya berlaku sekali. Bila masih juga tidak memenuhi syarat minimal, maka kita pasti batalkan," tegas Pahir.
Dia menjelaskan, selain KTP calon perseorangan juga bisa melampirkan paspor, kartu keluarga, dan keterangan domisili
Hingga saat ini, katanya, KPU Makassar sudah menerima pendaftaran dari empat pasang calon. Satu dari jalur parpol (Halim-Jafar ) dan tiga dari jalur independen yakni Ilham-Herman, Iriantosyah-Razak, dan Firmansyah - Kasmawati.
Meski empat pasang calon ini telah mendaftar, namun KPU makassar dan jajarannya juga masih melakukan verifikasi dukungan, baik ke parpol maupun bukti dukungan KTP.
Halim-Jafar
Secara terpisah, Halim Razak mengatakan, di tidak terlalu memikirkan jumlah calon yang akan maju di Pemilu Wali Kota Makassar.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) ini justru menyambut baik karena masyarakat mempunyai pilihan yang juga banyak.
"Saya lihat semuanya mempunyai potensi meraih suara yang banyak. Kita harap dalam pilkada ini masyarakat betul-betul memilih pemimpin yang baik," katanya.
Halim optimistis memenangkan pemilihan mendatang. Pasangan Halim-Jafar mengklaim memiliki basis suara sekitar 100 ribu.
Optimisme keduanya ini diungkapkan pada acara dialog publik yang digelar Makassar FM di Kafe Rally, Jl Urip Sumohardjo, kemarin. Menurutnya, hasil Pemilu 2004 lalu sudah dapat dijadikan parameter.
Sedangkan Jafar mengungkapkan, hasil pemilu legislatif 2004 lalu, PKS mendulang sekitar 75 ribu suara di Makassar sekaligus mengantarkan lima kadernya di DPRD Makassar.
Sementara, Halim membeberkan data perolehan suara dirinya saat maju sebagai bakal calon senator di jalur perseorangan pada empat tahun lalu.
"Saat saya jadi bakal calon anggota DPD, saya berada diurutan kedelapan. Khusus di Makassar saya mendulang sekitar 30 ribu lebih," katanya.
Jika ditambah dengan suara PKS maka jumlahnya sudah berkisar 100 ribu. "Itu belum ditambah dengan pendukung dan komunitas lain, seperti keluarga dan teman-teman dari non-Muslim," kata Halim yang lebih banyak bersikap low-profile.
Optimisme IASmo
CEO Campaign IASmo, Farouk M Betta, mengaku senang dengan banyaknya pasangan calon mendaftar di KPU.
"Semakin banyak calon, maka peluang IASmo menang makin besar. Kalau banyak calon, artinya nilai plus luar biasa bagi Pak Ilham. Beliau dianggap sangat sukses membangun kran demokrasi di Makassar sehingga banyak muncul figur pemimpin," ujar Sekretaris DPD II Golkar Makassar ini.
Dari segi perekonomian, banyaknya calon juga menggerakkan ekonomi. "Banyak usaha percetakan mencari tenaga kerja karena banyaknya orderan cetakan. Ini tentu punya efek yang langsung mengurangi pengangguran," ujarnya.
Diuntungkan
Kesempatan untuk memperbaiki dukungan juga langsung dimanfaatkan Irianto-Razak. Keduanya telah menyerahkan tambahan 22 ribu dukungan, sedangkan Ilham -Herman menyetor 6.000-an dukungan tambahan, dan Firmansyah-Kasma sudah menyetor 10.126 KTP tambahan dari kekurangan sebanyak 4.666 KTP.
Bagi Irianto-Razak, lebih enteng berkompetisi di pemilihan langsung dengan jumlah kontestan yang lebih banyak.
Pasalnya, paket yang maju melalui jalur perseorangan lebih diuntungkan jika banyak kandidat ketimbang sedikit.
"Saya memprediksi kontestan pilkada antara enam sampai tujuh pasang. Empat dari partai politik dan tiga pasangan dari jalur perseorangan," kata mantan kapten PSM Makassar ini.
Dengan begitu, pertarungan lebih ringan karena target suara makin kecil. Lagi pula, sangat sulit mendulang suara mayoritas karena suara terbagi rata ke sejumlah kandidat.
Menurut Anto, sapaan akrabnya, dengan pemilihan langsung ini, figur yang memiliki basis massa yang riil lebih memiliki peluang memenangkan pertarungan. Basis massa modal utama, kedua barulah jualan program.
"Kita lihat lah di Bantaeng, figur yang diusung partai besar pada bertumbangan. Yang terpilih malah figur yang diusung partai kecil. Itu bukti kefiguran, basis massa, dan program yang dijual," kata mantan Kepala Dinas Prasarana Wilayah Provinsi Sulsel ini.
Sementara, bagi kandidat Wali Kota Makassar usungan koalisi PPP Ridwan Syahputra Musagani menganggap semua lawan berat.
Baik sedikit kontestan maupun banyak, sama-sama berat. Sebab, semua figur memiliki peluang menang. Semua figur memiliki strategi menang dan rasa optimisme.
"Ini pertarungan figur. Siapa yang dapat meraih simpati masyarakat maka ia yang berpeluang mendulang suara terbanyak. Soal hasil perhitungan suara yang harus dikawal dari semua level tingkatan, mulai dari TPS, kelurahan, dan kecamatan itu adalah faktor teknis," kata mantan Direktur Utama PDAM Kota Makassar ini.
Tunggu Konfirmasi
Pasangan Firmansyah-Kasma mengaku masih menunggu konfirmasi terakhir dari KPU Makassar. Sejak Mei hingga awal Juli lalu pihaknya sudah mengumpulkan sekitar 43.102 bukti dukungan.
Namun seteleh verifikasi faktual oleh KPU hingga ke level PPS, dukungannya dinyatakan hanya 34.640 KTP, artinya masih kurang 4.666 dari yang disyaratkan KPU Makassar, yakni 39.306 bukti atau (tiga persen dari jumlah penduduk).
"Pekan lalu kami memasukkan lagi tambahan sekitar 10.126," kata Firmansyah saat bersilaturahim ke redaksi tribun, tadi malam.
Firman yang juga Ketua Asosiasi Pelaksana Kostruksi Nasional (Aspeknas) Sulsel termuda itu juga mengatakan, bersama pasangannya, dia masih menunggu konfirmasi terakhir hasil verfikasi faktual bukti dukungannya, besok.
Pasangan berjuluk Fasmi ini berharap KPU dan jajarannya obyektif dalam melekukan verifikasi. Menurut Firman yang mengaku mengerjakan sejumlah proyek di Kalimantan Timur ini, bukti dukungan dan pernyataan dari KPU nantinya akan menjadi rujukan utama bagi timnya untuk melakukan kerja penggalangan dan konsolidasi tim.
Sumber: Tribun Timur, Makassar
http://tribun-timur.com/view.php?id=86940
Rabu, 09-07-2008
Hanya 500 Juta
Calon Independen
PERJALANAN Ilham Alim Bahrie dan Herman Handoko di Pilkada Makassar melalui jalur independen (perseorangan) penuh dengan liku, keringat, bahkan air mata.
"Saya bahkan saat bicara dengan anggota KPU sampai menitikkan air mata. Mungkin itu karena haru ya," kata Ilham saat menjadi narasumber pada diskusi rutin dua kali seminggu yang digelar Tribun di kantor redaksi, Selasa (8/7).
Alim menceritakan pengalamannya menjelang detik-detik terakhir pendaftaran ke KPU, Minggu (6/7) lalu.
Air mata pantas mengalir sebab Ilham sudah mengumpulkan salinan KTP sejak Januari lalu, saat KPU pusat dan DPR RI sudah mengisyaratkan akan mengakomodasi calon independen di pemilu daerah.
"Bayangkan, saya bahkan berkorban tidak mendaftar DPD lagi karena saya juga merasa bisa membuat warga Makassar ini sejahterah," kata mantan calon anggota DPD asal Sulsel pada pemilu persorangan 2004 lalu.
Ilham-Herman terbilang pendaftar pertama calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar.
Meski hingga awal pendaftaran, KPU menyatakan fotokopi KTP yang mereka kumpulkan 44.304 Juni lalu, hanya 36.132 buktu dukungan KTP yang memenuhi syarat. Artinya mereka membutuhkan tambahan 3.174 dukungan untuk bisa dinyatakan lolos.
"Karena sudah berusaha dan kami masih punya stok, kami masukkan lagi sekitar 5.000 KTP. Biarlah KPU dan aturan yang menentukan. Kami sudah berusaha."
"Media mungkin tak tahu atau tak mau tahu, kami inilah yang datang ke KPU pertama kali menyerahkan berkas," kata Ilham, pengusaha pariwisata, yang lebih senang disapa dukun politik.
Di saat Ilham bingung mencari pasangan, tiba-tiba Herman Handoko muncul.
"Tuhan khusus mengirimnya untuk saya," kata Ilham. Ia menambahkan, sebelumnya, ia nyaris putus asa karena semua tokoh yang ia tawarkan untuk menjadi calon wakil tidak ada yang menerima.
Ilham juga pernah menggaet sejumlah tokoh perempuan di Makassar untuk mendampinginya. Namun sekali lagi, ia bertepuk sebelah tangan.
Pada 9 Juni, ia diundang ke suatu pesta di Hotel Pantai Gapura Makassar. Salah seorang kerabatnya lalu memperkenalkannya pada Herman melalui telepon.
"Saya bilang pada Pak Herman, kalau serius kita ketemu sekarang atau besok," lanjutnya.
Ternyata pengusaha tersebut memang serius. Meski sudah tengah malam, ia mendatangi Ilham di Pantai Gapura. Mereka lalu sepakat untuk bersatu malam itu.
Singkat cerita mereka lalu sama-sama mengumpulkan surat dukungan. Herman menggarap suku Tionghoa sedangkan Ilham menggarap suku Makassar dan Bugis.
Dalam waktu singkat mereka berhasil mengumpulkan KTP, kartu keluarga (KK), atau surat dukungan lainnya sebanyak 44.304 buah.
Namun berdasarkan verifikasi PPS dan PPK, ada 8.170 lembar fotokopi KTP dari total 44.304 KTP dukungan Ilham-Herman yang tidak memenuhi syarat.
Jumlah dukungan yang memenuhi syarat sebanyak 36.132 lembar. Dengan demikian, Ilham-Herman masih membutuhkan tambahan 3.174 lembar KTP dukungan untuk memenuhi syarat dukungan minimal tiga persen.
"Kita sudah menambah KTP dukungan sekitar 5.000 sampai 6.000 KTP. Sebelum kami setor ke KPU, dukungan itu telah kami verifikasi sendiri sehingga kami yakin akan memenuhi syarat," kata Ilham yang diamini Herman.
Menurut Ilham dan Herman, sejak maju di independen ini, mereka hanya menghabiskan dana di bawah Rp 500 juta.
Dana sebanyak itu sudah termasuk biaa fotokopi, pembelian materai, dan ongkos lainnya.
"Tapi kalau dengar cerita temen-teman, atau yunior saya yang ada di jalur parpol, biaya yang saya keluarkan selama ini jauh lebih sedikit, dan resistensinya juga kurang," katanya seraya menyebutkan, untuk kepentingan audit dana kampanye yang disyaratkan KPU dan UU, istrinya, Elli Ilham, dan tim dari Herman, memiliki cash flow pembiayaannya selama ini.
Duit yang dikeluarkan Ilham-Herman memang bisa dibilang "sangat sedikit" bagi figur yang ingin bertarung di pilwali.
Sekadar perbandingan, seorang calon wali kota yang melalui jalur partai dimintai duit sebesar Rp 5 miliar oleh parpol yang mendukungnya!
Itu hanya untuk memperoleh dukungan partai. Belum termasuk biaya kampanye dan biaya-biaya lainnya.
Belum lagi, sejumlah parpol sudah menarik semacam "uang pendaftaran" bagi figur yang ingin meminta dukungan politiknya. Untuk Pilwali Makassar saja, parpol mematok harga Rp 20 juta hanya untuk mendaftar.
Cost Politics
Ilham enggan menyebut, asumsi jumlah uang yang dikeluarkan itu dengan uang politik. Dia lebih sreg dengan istilah cost politics.
Dia lalu mengumpamakan, cost politics itu adalah saat jalan ke daerah, kumpul-kumpul dengan teman, lalu membeli kue, rokok, atau apa saja yang mendukung perjalanan tersebut.
"Saya ini mantan manager campaign Golkar di era Orde Baru. Tahu berapa bagaimana membiayai kerja-kerja politik, di mana yang harus dikeluarkan biaya, dan bagaimana cara mengaturnya," kata Ilham yang 10 tahun menjadi anggota DPRD Makassar ini.
Suku Tionghoa
Herman merupakan satu-satunya suku Tionghoa yang maju di pilwali ini. Sebelumnya pengusaha dan anggota DPRD Makassar, Arwan Tjahyadi, juga akan maju namun belakangan mengundurkan diri. Bendahara PAN Sulsel, Heng Pao Tek, juga pernah berniat maju namun kini tidak terdengar lagi kabarnya.
Kedua warga Makassar ini memasang baliho mereka di mana-mana.
Karena satu-satunya suku Tionghoa yang maju, Herman yakin akan didukung oleh sukunya.
"Saya pernah mengirim 40 ribu SMS kepada mereka untuk meminta pendapat mereka. Sebanyak 90 persen dari mereka membalas SMS saya dengan memberikan persetujuan," ujarnya.
Berdasarkan hitungannya, suku Tionghoa yang mempunyai hak pilih di Makassar sekitar 40 ribu orang.
"Saya ingin melihat perubahan dan menghilangkan batas antara suku," katanya.
--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.comFORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org Usefull Links:
http://jurnalisme-makassar.blogspot.comhttp://jurnalisme-tv.blogspot.comhttp://jurnalisme-radio.blogspot.com http://jurnalisme-blog.blogspot.comhttp://makassar-updating.blogspot.comhttp://makassar-bugis.blogspot.com