25 March 2008

Beberapa Komentar tentang tribun-timur.com

Beberapa komenter tentang www.tribun-timur.com yang saya ambil di buku tamu portal ini.
http://www.tribun-timur.com/guest.php?offset=270. Pasti masih banyak lagi, cuma ini yang saya ambil sewaktu searching di Google.... aduh... sudah ngantuk... byeeee

19-01-2008 | 21:55:13
muhammad thahir
makassar
Email : tahir_teaching@yahoo.com
URL : http://unismuh.ac.id
Komentar :
terima kasih tribun yang selalu menyuguhkan informasi seputar kota makassar dan sekitarnya, tribun selalu memberi yang terbaik, cuman kalau bisa tribun juga memberi porsi pendidikan yang lebih demi kemajuan masyarakat kota makassar dan sekitarnya. terima kasih. bravo TRIBUN


19-01-2008 | 20:32:16
Andang
Jakarta
Email : andhanq81@gmail.com
URL : http://andang-celoteh.blogspot.com
Komentar :
punna niya tribun-timur.com, ditau semuami berita dari kampung, terutama beritana pe es eng


19-01-2008 | 18:58:38
Afir
Canberra, ACT
Email : afir.24@gmail.com
URL : http://afir24.blogspot.com
Komentar :
Untung ada portal tribun-timur, jd peristiwa apapun yang terjadi d Mkassar n Sekitarnya gak ada yg terlewatkan, Jauh di Makassar dekat di mata...


19-01-2008 | 10:36:26
asri faisal
makassar
Email : davidhammer39@gmail.com
URL : http://
Komentar :
tribun beritanya sangat bagus dan menyajikan berita yg sangat bermanfaat bagi kita rakyat sul-sel
18-01-2008 | 21:21:25
nanang kristanto
dki jakarta
Email : surat@nanangkristanto.com
URL : http://www.nanangkristanto.com
Komentar :
wow keren oyyy


18-01-2008 | 18:32:17
Hasan
Jakarta
Email : hasan@yahoo.com
URL : http://
Komentar :
Hebat Tribun. Kalian memberikan berita yang selangkah lebih maju dibandingkan portal online edisi Makassar lainnya. Saya suka berita caretaker yang tiba-tiba diganti dari Syamsul Mappareppa, lalu Sounjungan dan kini diganti lagi Tanri Bali. Beritakan terus di portal. Kami perantau di Jakarta rindu berita Sulsel. Tidak percuma jadi Kelompok Kompas Gramedia. Thx for all crew tribun. special for crew online. thx.


--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org

Usefull Links:

jurnalisme-makassar.blogspot.com
jurnalisme-tv.blogspot.com
jurnalisme-radio.blogspot.com
jurnalisme-blog.blogspot.com
makassar-updating.blogspot.com
makassar-bugis.blogspot.com

Rekor tribun-timur.com di kompas.com

Syahrul Yasin Limpo berbincang dengan wartawan
Artikel Terkait:
Kamis, 20 Maret 2008 | 14:29 WIB

Laporan: Mursalim Djafar. tribuntimurcom@ yahoo.com
MAKASSAR, KAMIS -
Berkaitan dengan berita pengumuman keputusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung atau sengketa Pilkada Sulsel, portal Tribun Timur,www.tribun-timur. com, mencetak rekor untuk seluruh empat kategori pada edisi kemarin, 19 Maret 2008.

Jumlah hits mencapai 141.217 kali, angka paling tinggi bulan ini. Secara sederhana, hits adalah jumlah kunjungan ke website berita real time pertama di luaR Jakarta ini.

Rekor kedua pada jumlah bandwidth atau jumlah data yang didownload yakni 1,13 GB.
Berapa jumlah halaman yang diklik? Ini pun rekor dengan 42.019 halaman. Artinya, pengunjung mengklik 42 ribu halaman lebih pada periode 24 jam pada tanggal 19 Maret kemarin.

Jumlah pengunjung mencapai rekor tertinggi, 4.492 IP adress. Secara sederhana bisa dijelaskan, jumlah kunjungan yang dicatat adalah jumlah koneksi internet dan komputer atau handphone yang mengunjungi www.tribun-timur. com.

Satu komputer atau handphone, kendati dipakai oleh banyak orang seperti ditempat-tempat publik dan perkantoran, hanya dicatat satu kali kunjungan pada hari yang sama. Dengan demikian, dapat dikatakan, satu koneksi internet (komputer atau ponsel) rata-rata
mengklik 31,42 kali.

Satu koneksi internet (komputer atau ponsel) rata-rata membuka halaman sebanyak 9,35 halaman. Rekor itu sekaligus mengukuhkan tribun-timur. com sebagai website surat kabar Makassar yang paling banyak dan paling sering dikunjungi.

Rekor-rekor tersebut menjadi istimewa karena melonjak justru pada hari libur, yang biasanya statistik kunjungan langsung anjlok. Kendati demikian, secara keseluruhan, rekor 19 Maret itu belum apa-apa dibandingkan dengan rekor tanggal 5 dan 6 November 2007, yakni sehari dan pada saat pengumuman quick count Pilkada Sulsel.(*)



--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org

Usefull Links:

jurnalisme-makassar.blogspot.com
jurnalisme-tv.blogspot.com
jurnalisme-radio.blogspot.com
jurnalisme-blog.blogspot.com
makassar-updating.blogspot.com
makassar-bugis.blogspot.com

24 March 2008

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR, MAKASSAR

Hai semua....
Saya mencoba membuat forum diskusi untuk pembaca Tribun Timur, Makassar, maupun netters www.tribun-timur.com. Sebagai forum diskusi, melalui forum ini kita bisa berbagi informasi apa saja.... pasang iklan juga boleh. Klik http://tribun.freeforums.org
--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

Usefull Links:

jurnalisme-makassar.blogspot.com
jurnalisme-tv.blogspot.com
jurnalisme-radio.blogspot.com
jurnalisme-suratkabar.blogspot.com
jurnalisme-blog.blogspot.com
makassar-updating.blogspot.com
makassar-bugis.blogspot.com

Forum Diskusi, Mohon Masukan

Hai semua! Saya sedang membuat forum diskusi pembaca surat kabar Tribun Timur dan netters www.tribun-timur.com. Klik tribun.freeforums.org. Mohon masukan. Bagus juga kalau bisa bergabung he he he. Salam!

Forum Diskusi, Mohon Masukan

Hai semua! Saya sedang membuat forum diskusi pembaca surat kabar Tribun Timur dan netters www.tribun-timur.com. Klik tribun.freeforums.org. Mohon masukan. Bagus juga kalau bisa bergabung he he he. Salam!

23 March 2008

Raja Malaysia Raja Bugis


Terdapat hubungan yang istimewa antara Malaysia dengan Indonesia, terutama setelah Jusuf Kalla, yang berasal dari Bone (Bugis Bone) menjadi wakil presiden. Ia memiliki hubungan personal dengan Wakil PM Malaysia Tun Abdul Razak yang berdarah Bugis dan mendapat gelar adat dari Kerajaan Gowa.
Ketika ribut-ribut soal Ambalat, Presiden SBY mengutus Kalla untuk melakukan "diplomasi Bugis". Hasilnya malah efektif.
Dalam rangka diplomasi Bugis itu pula, Kalla mendapatkan gelar doktor HC dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Sebaliknya, Tun Razak mendapat gelar doktor dari Universitas Hasanuddin, almamater Kalla dan tempat Kalla menduduki posisi sebagai Ketua IKA Unhas, jabatan yang diembannya sejak organisasi alumni itu berdiri.
Ini berita Antara tentara raja-raja Malaysia berdarah Bugis.



Raja-Raja di Malaysia Berdarah Bugis
Dari sembilan raja yang memerintah di Malaysia, ternyata pada umumnya merupakan keturunan Raja Bugis dari Kerajaaan Luwu, Sulawesi Selatan.

Hal itu terungkap pada Seminar Penelusuran Kerabat Raja Bugis, Sulsel dengan raja-raja Johor-Riau-Selangor, Malaysia di Makassar, Rabu.

"Berdasarkan hasil penelusuran silsilah keturunan dan tinjauan arkeologi diketahui, 14 provinsi di Malaysia, sembilan diantaranya diperintah oleh raja yang bergelar datuk (dato`) atau sultan, sedang empat provinsi lainnya diperintah gubernur yang bukan raja," kata Prof Emeritus Dato` Dr Moh Yusoff bin Haji Hasyim, President Kolej Teknologi Islam Antarbangsa Melaka.

Menurut dia, dari segi silsilah, kesembilan raja yang memiliki hak otoritas dalam mengatur pemerintahannya itu, berasal dari komunitas Melayu-Bugis, Melayu-Johor dan Melayu-Minangkabau.

Sebagai contoh, lanjutnya, pemangku Kerajaan Selangor saat ini adalah turunan dari Kerjaan Luwu, Sulsel.

Merujuk Lontar versi Luwu` di museum Batara Guru di Palopo dan kitab Negarakerjagama, menyebutkan tradisi `raja-raja Luwu` ada sejak abad ke-9 masehi dan seluruh masa pemerintahan kerajaan Luwu terdapat 38 raja.

Raja yang ke-26 dan ke-28 adalah Wetenrileleang berputrakan La Maddusila Karaeng Tanete, yang kemudian berputrikan Opu Wetenriborong Daeng Rilekke` yang kemudian bersuamikan Opu Daeng Kemboja.

"Dari hasil perkawinannya itu lahir lima orang putra, masing-masing Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella`, Opu Daeng Manambong dan Opu Daeng Kamase," paparnya sembari menambahkan, putra-putra inilah yang kemudian merantau ke Selangor dan menjadi cikal bakal keturunan raja-raja di Malaysia hingga saat ini.

Lebih jauh dijelaskan, dengan penelusuran sejarah dan silsilah keluarga itu, diharapkan dapat lebih mendekatakan hubungan antara kedua rumpun Melayu yakni Melayu Selangor dan Bugis.

Menurut Moh Jusoff, dari segi kedekatan emosional, silsilah dan genesitas komunitas di Malaysia dan Indonesia tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, belum bisa merambah ke persoalan politik karena ranah politik Malaysia berbeda dengan politik Indonesia termasuk mengenai tata pemerintahan dan kemasyarakatannya.

Sementara itu, Andi Ima Kesuma,M.Hum, pakar kebudayaan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga Kepala Museum Kota Makassar mengatakan, kekerabatan keturunan raja-raja di Malaysia dan raja-raja Bugis di Sulsel tertuang dalam Sure` Lagaligo maupun dalam literatur klasik lainnya.

"Hanya saja, gelaran yang dipakai di tanah Bugis tidak lagi digunakan di lokasi perantauan (Malaysia) karena sudah berasimilasi dengan situasi dan kondisi di lokasi yang baru," katanya.

Gelar Opu dang Karaeng yang lazim digunakan bagi keturunan raja rai Luwu dan Makassar tidak lagi dipakai di Malaysia melainkan sudah bergelar tengku, sultan atau dato`

Sumber : Antara



--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

Usefull Links:

jurnalisme-makassar.blogspot.com
jurnalisme-tv.blogspot.com
jurnalisme-radio.blogspot.com
jurnalisme-suratkabar.blogspot.com
jurnalisme-blog.blogspot.com
makassar-updating.blogspot.com
makassar-bugis.blogspot.com

22 March 2008

Kawasan Pantai Losari Macet

Malam Minggu. Kawasan Pantai Losari, ikon Kota Makassar yang membuat kota ini terasa berbeda dari kota-kota lainnya di Indonesia, memang menjadi pilihan leisure murah meriah bagi warga Makassar.
Di Anjungan Losari, Anda cukup membayar parkir (Rp 1.000 untuk mobil), dan Anda pun berhak menikmati suasana pantai, aroma laut, angin malam, dan keluasan pemandangan laut. Merokok? Boleh. Ngobrol? Tidak dilarang. Aman? Ya, pasti.
Di sana pedagang dilarang menjajakan dagangan. Namun, biasalah, ada juga pedagang yang kreatif membawa botol-botol minuman dingin, dijajakan langsung kepada ratusan pengunjung.
Sulitnya, bila Anda penikmat kopi, di sana tidak ada penjual. Bergeserlah ke jajaran ruko... di sana banyak yang menyuguhkan aneka minuman.
Pada pagi hari, terutama akhir pekan dan hari libur lainnya, kawasan Pantai Losari selalu dipadati warga yang berolahraga. Penjual kaki lima menjajakan aneka jualan, layaknya pedagang di kawasan Stadion Senayan, Jakarta, manakala hari libur tiba.


Laporan www.tribun-timur.com (Tribun Timur, Makassar)

Kawasan Pantai Losari Macet Total
Laporan: muhammad taufiq. taufiq75@yahoo.com
 
Makassar, Tribun - Ratusan kendaraan baik roda dua maupun roda empat tertahan di sepanjang ruas jl Penghibur tepatnya di sepanjang Pantai Losari malam ini.
 
Hal ini disebabkan padatnya warga Makassar yang menghabiskan malam mingguan di Pantai Losari utamanya di sekitar Ajungan Pantai Losari.

Sejumlah aparat kepolisian yang diterjunkan untuk mengatur arus lalulintas, tidak dapat berbuat banyak.

Kejadian ini terjadi hampir setiap malam minggu. Diperkirakan, jumlah pengunjung di pantai ini mencapai sekitar 5.000-an orang.(*)



--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

Usefull Links:

jurnalisme-makassar.blogspot.com
jurnalisme-tv.blogspot.com
jurnalisme-radio.blogspot.com
jurnalisme-suratkabar.blogspot.com
jurnalisme-blog.blogspot.com
makassar-updating.blogspot.com
makassar-bugis.blogspot.com

19 March 2008

Gaji Wartawan Bisnis Indonesia dan Kompas

Gaji wartawan yang masih memprihatinkan.


To:warga@yahoogroups.com, "mediacare" <mediacare@yahoogroups.com>, "media jabar" <media-jabar@yahoogroups.com>, fdwb@yahoogroups.com, "media jakarta" <media-jakarta@yahoogroups.com>, bizzcomm@yahoogroups.com
From:"mediacare" <mediacare@cbn.net.id>  Add Mobile Alert
Yahoo! DomainKeys has confirmed that this message was sent by yahoogroups.com. Learn more
Date: Wed, 19 Mar 2008 05:21:15 +0700
Subject: [mediacare] Gaji wartawan Bisnis Indonesia dan Kompas tertinggi se Jakarta

Upah Jurnalis di Atas Standar, AJI Puji Bisnis Indonesia & Kompas
Arfi Bambani Amri - detikcom
 
 
Jakarta - Dari survei standar pengupahan di terhadap 30 perusahaan media, hanya dua media yang mengupah melewati standar upah minimum yang dilansir AJI Jakarta. 2 Perusahaan itu adalah Bisnis Indonesia dan Kompas.

"Hanya 2 perusahaan yang melampaui, Bisnis Indonesia dan Kompas," beber Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta, Winuranto Adhi saat launching di kantor AJI Jakarta, Kompleks Bier, Jl Soepomo, Jakarta Selatan, Selasa (18/3/2008).

Bisnis Indonesia mengupah karyawan yang baru diangkat tetapnya sebesar Rp 4,5 juta. Pada urutan kedua, Kompas dengan upah mencapai Rp 4,125 juta.

Hampir semua stasiun tv swasta mengupah jurnalis dengan buruk, tidak ada yang melampaui Rp 3 juta. Begitu juga dengan media online dan radio, tak ada yang mencapai Rp 4 juta.

"Transtv baru saja menaikkan gaji karyawannya menjadi Rp 2,5 juta. Hal ini terjadi setelah 150 karyawannya keluar karena gaji yang minim. Sebelumnya hanya bergaji Rp 1.750.000," ungkap Winuranto yang biasa dipanggil Wiwin.

Namun Wiwin buru-buru menambahkan, survei ini tidak bisa dijadikan standar pengupahan yang sebenarnya. "Survei ini tidak bisa menjadi standar baku dalam pengupahan sebuah perusahaan karena ada perusahaan yang jurnalisnya diupah berbeda-beda, " jelas Wiwin.

"Media lain seperti Gatra, sudah beberapa tahun tidak merekrut karyawan baru, sehingga patokan survei ini sudah basi," pungkasnya.

Wiwin menjelaskan, pengupahan minimum ini adalah take home pay yang diperoleh seorang jurnalis untuk keperluan pribadinya. Masalah pajak, asuransi, kesehatan dan transportasi ke tempat liputan ditanggung perusahaan.

"Apakah itu mekanismenya reimburse, tunjangan, dan sebagainya," pungkas pria berambut sebahu itu.
 
( aba / ndr )
 
 
mediacare
http://www.mediacar e.biz

--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

15 March 2008

Digital TV: Apa yang Harus Dilakukan Konsumen

Berisi penjelasan tentang digital TV, dampaknya, keunggulannya, dan apa yang harus dilakukan konsumen. Kasusnya di AS tapi relevan juga untuk kita yang akan menyongsong era digital TV mulai 2015.


http://www.hdtvinfoport.com/Digital-TV.html


**Important Consumer Information Update **

(HDTVInfoPort Report: February 10, 2006)

On Wednesday, February 8th, 2006 - President George Bush signed the "Deficit Reduction Act," which also included the "Digital Television Transition and Public Safety Act". This sets February 17th - 2009, as the "final-cut-off-date" for "OTA" (Over-The-Air) Analog TV Broadcasts."

And it means, finally some of the uncertainty that has contributed to public confusion concerning the Digital TV Transition has been removed.

"The Digital TV Transition" - moving the nation from traditional Analog TV to Digital TV - started with "one-small-step" taken ten-years ago, with the signing of the "Telecommunications Act of 1996". The first Digital TV Broadcast aired the same year, when WRAL, Raleigh-Durham, N.C. became the first Local TV Station to transmit Digital TV.

After a decade of debate and indecision, speculation and rumor, mis-information as well as dis-information - all of which generated mass confusion among consumers - it appears the end is in sight.

With the "end-date" of February 17th, 2009" fixed in law," U.S. TV Broadcasters are required to STOP transmission of OTA Analog Television Signals, and move to All-Digital-TV-Broadcasts.

So ends the TV Era - and "20th-Century (analog) TV". The new era of Digital TV - SDTV .. EDTV .. and HDTV begins.

What Does This Mean To You - The Consumer?

  1. If you have an Analog TV (and) receive OTA (Over-The-Air) Broadcasts of Analog TV Signals - as of Feb.17th, 2009 - You will NO Longer be able to view Local Analog TV Broadcasts.

    1. Local-OTA Analog TV will NO LONGER be broadcast. All Local-OTA Stations will now broadcast Digital TV Signals - ONLY.

    2. To view Digital TV Signals requires a Digital Television - Capable of Receiving and Displaying Digital TV - "SDTV" (Standard Definition (Digital) TV).

      ♦   Important: Does NOT require an HDTV (High Definition TV) set

  2. However - Consumers (affected as in #1 above) who choose to continue using Analog TV sets after Feb. 17th, 2009, will be able to do so - BUT ONLY if they have an external, "D/A- Converter" - (DIGITAL TO ANALOG TV Signal CONVERTER) installed.

    1. A D/A Converter will be similar in appearance to a Cable or Satellite "STB" (set-top-box). These are expected to be readily available within a "nominal" price range - early estimates are from about $40.00 to $65.00.

    ♦   NOTE: Depending on demand volume for converters,the price range may be more or less.

    1. The bill signed into law by President Bush, also includes up to $1.5 billion in funding, (by U.S. Taxpayers) to provide - up to two (2) $40 Vouchers (per household) for consumers who choose to buy Digital-to-Analog Converter boxes.

  3. Important Exclusion: Cable TV Subscribers are NOT directly impacted by this new law.

    1. Since Cable TV Signals are not transmitted OTA, this law does NOT apply to Cable Analog TV programs as currently written.

    2. At the present time, Cable Companies generally provide their Subscribers with Analog TV programming. While many Cable providers offer an "optional" Digital Program Package, (for an additional monthly charge) - this consists of a nominal number of 'pre-selected' (by the Cable Provider) Digital TV Channels.

    3. When OTA-Analog Broadcasts End, the Cable Companies will have to make a decision: to continue transmitting Analog TV (with 'some' 'optional' Digital TV) to their Subscribers, or to switch to All Digital Broadcasts




Important Notes:

  • Since all Local TV Stations - Independents, as well as Affiliates (carry the Major TV Network Broadcasts) will now be broadcasting only Digital TV Signals, the Cable Companies will confront a more complex choice.

  • In order to continue providing Cable TV Customers with Analog TV Programming, will require the Cable TV Companies to CONVERT the new, Digital TV "feeds" (which are received from either National Network Broadcasts or Local Affiliate Broadcasts) to Analog TV Signals ...
    • BUT! ... Current reports indicate that the Major Networks are NOT Likely to be willing to permit the "down-conversion" of their Digital TV Signals to Analog.

  • If unresolved, this would mean Cable (Analog TV) Subscribers would NOT have any access to Network or Local TV Broadcasts.

  • Alternatively, the Cable Companies will have to decide whether or not to switch completely to Digital TV...
    This will involve "upgrading" all their Subscribers who presently have "standard" Cable STB's (set-top-boxes) to Digital STB's - AND require their Customers - who still have "Analog TV Sets" - to buy an additional D/A Converter. Another alternative is for the Cable Company to provide all their customers with an "Analog-Digital-Combination" STB - a costly solution at best!
  1. Satellite TV Subscribers will likely be less affected, since most have a Satellite-STB, with the capability of automatically providing either an Analog TV Signal or Digital TV Signal - whichever is required by their TV.


  2. An important point for All Analog TV Viewers to consider - Although you CAN choose to continue using your Analog TV - even after All Analog TV Broadcasts cease - the picture quality displayed on your TV will be diminished to some degree. Each time the TV Signal is "converted" - from Digital to Analog, or the reverse - some picture quality is lost

    1. Individual TV Viewers will have to decide, whether it is worth holding on to their traditional Analog TV, with degraded picture quality, or to go "digital" and see what they have been missing.

  3. And a Last Important Note: None of the above refers to HDTV.
    Consumers are NOT required to buy an HDTV.

    1. Digital TV does NOT mean HDTV! The two terms are NOT interchangeable - in spite of continued, wide-spread public mis-use.

    2. While HDTV (High Definition TV) is "digital," it is a unique - completely separate and different TV Format. HDTV requires its own unique "High Definition Television" equipment, from start to finish - from production studio to broadcast station, from transmitter to in-home receiver. All Components must be HDTV capable and compatible.

    3. As used in the general sense, Digital TV refers to "SDTV" - Standard Definition (Digital) TV.

    4. The Digital TV Transition applies "only" to the change-over from Analog TV to Digital - SDTV; it does NOT include or involve "HDTV" - at all!
      • TV Broadcasters are mandated to broadcast Digital TV Signals (SDTV) - only. The decision, whether or not, to transmit HDTV programming remains the voluntary choice of each Broadcaster.



The Digital TV Transition:

  • Digital TV (SDTV) provides significant improvement in picture quality, compared to traditional Analog TV.

  • The Digital Transition opens up a significant area of 'highly-coveted' radio spectrum to new mobile broadband applications, as well as to public safety agencies.

  • The move from the (upper-700-MHz) band frees (60 MHz) of wave-space, making it available for auction to wireless-mobile carriers, while also providing (24 MHz) to be used for emergency response agencies.

  • The upper-700-MHz band enables wireless signals to travel (4 to 5) times as far, as existing mobile phone signals travel. It is this extended range that has high value to mobile-broadband providers, police and fire departments, who need improved communications capability.


Links to different perspectives on - The Digital TV Transition
...

"The Real Digital Transition Begins"

(Broadcast Engineering - by CRAIG BIRKMAIER)

(PDF FORMAT) " The Digital TV Transition..."
"... A Chance to Enhance Public Safety and Improve Spectrum Auctions..."
by Jon M. Peha - Carnegie Mellon University

--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

Obsesi Fofo di SCTV

http://teguhimawan.blogspot.com/2008/02/evolusi-kepemilikan-sctv.html



18 Februari 2008

evolusi kepemilikan SCTV

Orang-Orang Muda Lokomotif Bisnis Pertelevisian di Tanah Air (2)

Pegang Nasihat Ayah untuk Jujur Berbisnis
Bermula dari Jalan Darmo Permai, Surabaya, SCTV yang memulai siaran pada 1990 dan terbatas di wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) kini siap mendunia. Si bos, Fofo Sariaatmadja, bertekad membawa SCTV merambah pasar global.
Fofo Sariaatmadja "baru" berusia 40 tahun saat dinobatkan sebagai presiden direktur (Presdir) SCTV pada 2004. Dia tercatat sebagai presdir kelima dan paling muda dalam sejarah perusahaan itu. Meski harus memimpin beberapa orang yang lebih senior, Fofo tidak mengalami masalah. Sosoknya yang ramah dan santun membuat dia gampang diterima.Pria bertubuh jangkung berkumis tipis itu mengaku belajar memimpin dari ayahnya.
Menurut Fofo, sang ayah, Mohamad Soeboeb Sariaatmadja, selalu menekankan nilai-nilai kejujuran dan ingat kepada Tuhan dalam setiap melakukan pekerjaan."Agar hidup ini berguna bagi diri sendiri dan orang lain, jujurlah. Tolonglah yang kesusahan, dan selalu berdoa sebelum bekerja dan memutuskan sesuatu," kata bapak empat anak itu kepada Jawa Pos mengenang nasihat sang ayah.
Menurut pria berdarah Sunda-Palembang itu, nasihat sederhana dari ayahanda tersebut selalu menjadi prinsip hidup. Terutama saat mengambil keputusan bisnis. Terbukti, sejak masuk SCTV pada 2001, kiprah keluarga Sariaatmadja di pertelevisian nasional makin moncer. Bahkan, di bawah kepemimpinannya, SCTV terus melejit menjadi media televisi papan atas. Menurut Fofo, saat ini SCTV memimpin 20 persen share audience. Artinya, SCTV menjadi televisi nomor wahid yang paling banyak ditonton. "Itu hasil survei yang dilakukan AGB Nielsen," ujarnya.Fofo mengakui, SCTV adalah perusahaan media kesayangan keluarga besar Sariaatmadja yang dikenal religius.
Sebelumnya, keluarga itu dikenal sebagai konglomerat di bidang teknologi, media, dan telekomunikasi (TMT). Bisnis keluarga tersebut diawali dengan membentuk perusahaan bernama PT Elang Mahkota Komputer (Emkom), distributor komputer merek asing.Emkom memegang hak eksklusif pemasaran komputer Compaq di Indonesia. Emkom dibentuk pada 1983 oleh kakak Fofo, Eddy Kusnadi Sariaatmadja, yang menggandeng Piet Yaury. Pada 1988, Emkom juga menjadi distributor produk-produk Motorola Data Networking.
Kini Emkom menjadi pemain utama di bisnis TMT. Bisnis Emkom kini dikendalikan dalam Group Emtek. Emtek memiliki Divisi Multimedia & E-Commerce (PT Abhimata Mediatama, PT Surya Citra Media, PT Surya Citra Televisi). Lalu Divisi Operator Telekomunikasi (PT Tangara Mitrakom dan PT Tangara Lintasbuana). Juga Divisi Data Networking & Jasa Komunikasi (PT Abhimata Citra Abadi, PT Abhimata Mitraganda, dan PT Globaltekno Datanet). Selain itu, ada Divisi Sistem Integrator (PT Abhimata Persada).
Sebelum keluarga Sariaatmadja masuk SCTV pada 2001, pemegang saham SCTV adalah orang-orang yang dikenal dekat dengan Cendana, seperti Sudwikatmono, Peter F. Gontha, Henry Pribadi, Halimah Bambang Trihatmodjo, hingga Azis Mochtar.Melalui PT Abhimata Mediatama, keluarga Sariaatmadja awalnya (2001) hanya memiliki 17 persen saham di PT Surya Citra Media Tbk (SCM), holding SCTV. Namun, masih di tahun yang sama, keluarga itu menambah lagi kepemilikan saham sehingga menjadi 49,62 persen.
Pada 2002, Abhimata meningkatkan kepemilikan sahamnya menjadi 50 persen. Keinginan menguasai SCTV makin tak terbendung. Pada 2005, giliran saham milik Henry Pribadi dibeli. Setelah itu, saham PT Indika Multimedia kepunyaan Agus Lasmono, anak pengusaha Sudwikatmono, di SCM juga diakuisisi.Kini keluarga Sariaatmadja menguasai 78,69 persen saham SCM. Sisanya dimiliki The Northern Trust Company 7,9 persen, dan publik 13,41 persen.
Setelah memegang saham mayoritas di SCTV, pada medio 2004 keluarga Sariaatmadja menggandeng PT Mugi Rekso Abadi (MRA) mendirikan televisi dengan bendera PT Omni Intivisual. Televisi tersebut mengudara dengan nama O Channel. Muatannya lokal (Jakarta) dan menonjolkan sisi komersial-life style. Awalnya, kepemilikan saham MRA dan keluarga Sariaatmadja masing-masing 50 persen. Namun, awal 2007, MRA melepas seluruh saham miliknya kepada keluarga Sariaatmadja, sehingga O Channel kini 100 persen dipegang Sariaatmadja.Kabar terakhir, keluarga itu juga akan mengakuisisi Indosiar. Caranya, lewat transaksi tukar guling antara lahan sawit Lonsum milik keluarga Sariaatmadja dengan Indosiar milik Anthony Salim. Kabarnya, sekarang memasuki tahap akhir proses negosiasi transaksi.Saat ditanya tentang perkembangan akuisisi itu, Fofo menjawab singkat.
"Jangan mancing-mancing. Transaksi tukar guling belum resmi berlangsung," katanya. Apa rencana besar tahun ini? "Tunggu saja Maret. Akan ada info besar dan menarik bulan Maret," kata pria kelahiran 11 Desember 1963 itu.Yang jelas, menurut Fofo yang juga menjabat Wapreskom SCM itu, dia akan terus melakukan inovasi bisnis. "Bisnis media, apalagi televisi, harus banyak inovasi," katanya lalu tersenyum. Jika memiliki lebih dari satu stasiun televisi, segmentasi pasar tidak boleh tumpang-tindih. Harus diatur positioning-nya.
Fofo berobsesi membawa SCTV go international. Menurut dia, perusahaannya pernah mencoba 24 jam news channel. "Begini, kami ingin membuat news channel seperti CNN, Fox News, Aljazeera, atau CNBC. Kalau televisi asing bisa, mengapa SCTV tidak," kata putra keempat Mohamad Soeboeb Sariaatmadja itu.Nanti, payung news channel itu SCTV. Tapi, news channel tersebut terpisah.
Holding tetap di Emtek yang juga menjadi holding SCM. Inovasi lain, gaya pemberitaan SCTV juga harus diubah. SCTV, kata ahli teknologi informasi ini, sudah mengudara lebih 10 tahun, sehingga harus ada perbedaan gaya. "Misalnya, berita yang keras-keras sudah harus dikurangi. Kami harus melihat ekspektasi generasi sekarang," kata Fofo.Untuk O Channel, peraih Master of Engineering Science dari Universitas New South Wales, Australia, itu akan memfokuskan pada aspek broadcaster komersial dengan muatan lokal lebih dominan. "O Channel harus unik dan eksklusif. Misalnya, rekomendasi tempat kongkow-kongkow malam atau resto di Jakarta," katanya.
Merespons bisnis pertelevisian tanah air yang semakin kompetitif, Fofo justru melihatnya dari perspektif berbeda. Fofo melihat bukan persaingan. "Nggak ada persaingan. Persaingan apa? Banyaknya stasiun televisi adalah friendship kok," ujarnya. Industri televisi Indonesia, kata dia, sudah berkembang pesat. Tiap-tiap stasiun televisi memiliki pemirsa sendiri-sendiri. Untuk meningkatkan kualitas, kuncinya di basis teknologi. SCTV kini menerapkan sistem baru yang paperless sejak awak SCTV boyongan dari kantor lama di Jalan Gatot Subroto ke Senayan City.
Kantor baru, kata Fofo, sudah dilengkapi teknologi mutakhir: wireless. Dengan teknologi ini, semua data bisa online dan dapat langsung diakses. Menurut dia, SCTV menjadi semacam pilot project, berikutnya akan diterapkan ke O Channel dan unit-unit bisnis lain.Menurut dia, banyaknya investor yang ingin menanamkan modal ke bisnis pertelevisian menunjukkan bahwa industri ini masih terus berkembang. "Kan bagus kalau banyak yang ingin menanamkan modal ke sektor ini," katanya. (el)


--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com

05 March 2008

Fwd: [mediacare] Manajemen Media Islam Banyak yang Belum Sehat

--- aan_mm <aan_mm@yahoo.com> wrote:

> To: mediacare@yahoogroups.com
> From: "aan_mm" <aan_mm@yahoo.com>
> Date: Wed, 05 Mar 2008 09:26:15 -0000
> Subject: [mediacare] Manajemen Media Islam Banyak
> yang Belum Sehat
>
> Media-media Islam di Indonesia, baik harian,
> mingguan, majalalah,
> tabloid maupun media online lainnya belum semuanya
> memiliki manajemen
> yang sehat. Beberapa kawan yang menulis di
> media-media Islam, baik
> sebagai penulis lepas ataupun bekerja sebagai
> wartawan/karyawannya
> mengeluhkan tentang rendahnya honor/gaji yang
> diterima. Bahkan ada
> yang tidak menerima sama sekali. Kalaupun menerima
> seringkali
> terlambat atau tertunda. Sudah terlambat, honor yang
> diberikan kecil
> pula. Ada kawan yang mengeluh untuk biaya pengiriman
> berita/tulisan
> saja honor/gaji itu tidak mencukupi.
>
> Sangat berbeda dengan sejumlah media-media lainnya
> yang tidak membawa
> embel-embel Islam. Mayoritas mereka sehat secara
> manajemen. Saya
> tidak menyebut nama media yang dimaksud, namun
> beberapa kawan yang
> menulis di media-media tersebut "sehat" secara
> finansial dari tulisan-
> tulisan yang mereka publikasikan. Lalu apa yang
> salah dengan media
> yang membawa embel-embel Islam?
>
> Seringkali media-media Islam tidak "amanah" dengan
> misi yang
> dibawanya. Karyawan, wartawan atau
> penulis-penulisnya sering
> "tertekan" karena tidak mendapatkan kesejahteraan
> yang layak. Atau
> embel-embel Islam hanya menjadi kedok untuk meraup
> keuntungan sesaat
> oleh pemodal yang tak mengindahkan ajaran Islam? Ini
> menjadi bahan
> perenungan kita bersama!
>
> Salam
>
>


www.tribun-timur.com
Harian Tribun Timur, Makassar (Sulawesi Selatan, Indonesia)

____________________________________________________________________________________
Looking for last minute shopping deals?
Find them fast with Yahoo! Search.

http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

04 March 2008

Jadi Kaya Berkat Internet!

Kolom Opini Surat Kabar Tribun Timur, Makassar

Selasa, 04-03-2008 
Jadi Kaya Berkat Internet!
Opini Tribun
 
Oleh: Yenni Widhiarti, Pengusaha, kini berkiprah di Amerika

Sebuah buku dengan kalimat menggelitik seperti itu akan beredar dalam waktu dekat. Buku berisi panduan rinci mengenai seluk beluk berbisnis lewat internet itu saya tulis berdasarkan pengalaman saya pribadi. Buku itu bisa dibeli dan didapatkan di serangkaian seminar mengenai Internet Marketing di berbagai kota besar Indonesia, bulan depan.
 
Alasan utama penyelenggaraan seminar itu bukan mengada-ada. Meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia dewasa ini menyebabkan seminar pemasaran lewat internet perlu lebih digiatkan. Menurut penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tercatat 25 juta pengguna di Indonesia pada tahun 2007. Artinya, hanya dalam kurun waktu 7 tahun, pengguna internet membengkak hingga 800 persen.
Angka tersebut mencerminkan pula peluang pasar yang cukup besar untuk berbisnis lewat internet. Apalagi bila dilihat hasil penelitian sekelompok peneliti Jerman yang memperkirakan bahwa 75 persen pengguna internet di dunia berbelanja lewat internet. Bila diterapkan di Indonesia, bisa dibayangkan bahwa pembeli Indonesia lewat internet mencapai hampir 20 juta orang. Dan tak disangkal lagi, angka ini bakal semakin bertambah di tahun-tahun berikutnya.
Lewat buku tadi, para pemula dipandu secara detil dan bertahap-disertai saran serta contoh kegagalan-sehingga dalam waktu singkat diharapkan bakal mahir menggunakan internet untuk berbisnis.
Beberapa pakar pemasaran internet menyebutkan ada beberapa karakter produk yang cocok dan laku dijual lewat internet. Antara lain, produk barang yang unik dan tak mudah didapat di pasaran. Di samping itu, produk tersebut mudah dikonsumsi dan tak tergantung pada lokasi dan ras atau suku bangsa. Sekadar contoh: ''Bumbu rujak pedas lebih sulit dipasarkan di dunia dibandingkan tahu atau tempe goreng, lantaran tidak disukai para pembeli Barat yang tak biasa mengkonsumsi cabe atau lombok!''
Di Indonesia, berbisnis lewat internet dewasa ini merupakan saat yang tepat, karena segmen pasar yang terlihat lebih mapan dan jelas. Coba lihat berbagai fasilitas atau peluang yang ada di Indonesia:
Kini hampir setiap perusahaan swasta maupun badan usaha milik pemerintah menyediakan fasilitas koneksi internet berkecepatan tinggi (Wi-Fi) untuk menjalankan bisnis mereka.
Begitu pula dengan sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi swasta maupun universitas negeri lainnya. Banyak di antara mereka yang menyediakan internet gratis atau menggunakan fasilitas internet sebagai penunjang kegiatan laboratorium mereka.
Mayoritas pengguna internet adalah karyawan berusia kerja yang memegang keputusan untuk membeli sesuatu barang atau produk. Sebagai karyawan sebuah perusahaan, mereka juga dapat leluasa menggunakan fasilitas internet di kantor. Jauh lebih beruntung ketimbang mereka yang harus bersusah-payah mampir di warung internet yang kini semakin berjubel pelanggannya.
Mereka juga adalah para pelajar atau kawula muda yang sering bergaul dan memiliki pengaruh besar di antara keluarga mereka. Mereka bisa mempengerahi orang tua, sanak keluarga atau teman dekat untuk membeli suatu produk.
Mereka berasal dari kalangan intelektual yang tak membutuhkan bujuk rayu murahan seperti yang sering terlihat di kebanyakan iklan Indonesia. Antara lain memakai pelawak yang melontarkan lelucon tak lucu.
Semakin banyak warga Indonesia berpendidikan tinggi, semakin banyak pula penggunaan internet dan komputer. Transaksi bank atau penjualan lewat internet bukan barang baru lagi bagi mereka yang telah siuman dari gagap teknologi. Demikian pula perdagangan bursa saham dan pencarian berita politik yang mempengaruhi pula perekonomian global dunia.
Dan bisa dipastikan, penggunaan internet semakin berkembang di tahun-tahun mendatang. Bagaimana tidak! Dari jumlah total penduduk yang kini mencapai hampir 300 juta, hanya 10 persen penduduk Indonesia yang bisa menggunakan komputer atau internet, sedangkan 80 persen sisanya masih buta internet. Lewat berbagai seminar dan kursus kilat, mereka diharapkan akan melek internet dan ikut berpacu melakukan bisnis di dunia maya.
Menembak Rembulan!
Peluang pasar kini hadir di depan mata. Mereka adalah 25 juta manusia Indonesia yang berbaris membentang di cakrawala, dan siap menelan semua produk yang kita lempar di pasaran.
Melihat kenyataan ini, para pengusaha pada umumnya cenderung gegabah. Mereka membeli sejumlah peralatan komputer, mengeluarkan biaya besar untuk membangun web-site di internet dan mempekerjakan sejumlah ahli komputer dengan gaji tinggi. Harapannya jelas: Mereka akan mendapat keuntungan berlipat ganda dalam waktu singkat! Dan khawatir akan keduluan pengusaha lain.
Jangan terlalu menggebu-gebu! Gunakan logika! Dinginkan kepala agar dapat berpikir jernih. Berbisnis lewat internet harus cerdik dan dapat dilakukan tanpa menghabiskan banyak biaya. Seperti kata seorang panglima perang jempolan: ''Jangan menembak rembulan dengan seribu anak panah!'' Gunakan strategi yang jitu sehingga dana dapat digunakan secara efektif.
Dalam buku yang saya terbitkan nanti, terdapat sejumlah tips atau saran yang dapat menuntun anda berbisnis di internet. Beberapa di antaranya adalah:
Bila Anda masih mempunyai pekerjaan tetap, jangan sekali-kali melepaskannya. Gunakan waktu usai bekerja untuk berbisnis internet. Sebab, bisnis jenis ini bisa anda lakukan kapanpun dan di manapun. Di kamar tidur atau kamar tamu sambil bersantai dengan keluarga.
Seandainya Anda belum punya komputer, mampir saja ke warung internet terdekat, dan sewa satu atau dua jam untuk menjelajahi dunia maya. Terutama mengenali apa yang dimaksud bisnis di internet. Jangan lupa menengok sejumlah web-site yang menjual produk-produk di internet. Lalu, manfaat apa yang bisa anda ambil agar bisa berbisnis di internet.
Di internet Anda dapat mendapatkan layanan atau servis gratis. Mulai cara membangun web-site sampai mengurusnya selama 24 jam, membuat logo, dan layanan bisnis lainnya. Walaupun layanan itu kadang kala terbatas waktu penggunaannya (gratis selama beberapa bulan) tapi bisa digunakan sebagai ajang percobaan bagi pemula.
Yang tak kalah pentingnya dalam berbisnis di internet adalah kejujuran. Sekali anda berbuat curang, berita ini akan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Demikian juga bila servis Anda memuaskan, berita itu tidak hanya mampir ke telinga tetangga saja, tetapi juga sampai ke telinga orang Eskimo di kutub.
Itulah sebagian kecil tips atau saran yang dapat anda gunakan sebagai pelaku bisnis di internet. Tentu saja, berbagai tantangan lain harus dihadapi sebagai pebisnis. Perubahan yang begitu cepat seiring dengan perkembangan teknologi membuat bisnis di internet mengalami proses reformasi yang sangat cepat pula.
Sekadar contoh: Di Amerika Serikat kini mulai bermunculan restoran dengan 'Menu tinggal sentuh'. Pembeli dipersilakan duduk di atas meja yang lengkap dengan menu elektronik. Setelah lihat-lihat menu, sentuhlah makanan yang dikehendaki, dan dalam beberapa menit pesanan tersaji lengkap dengan minuman.
Sekali lagi yang perlu diingat bahwa memulai bisnis tidak harus mengorbankan banyak biaya. Kesalahan ini terjadi pada banyak perusahaan besar yang berbisnis di internet. Biaya promosi dan operasional yang membengkak membuat banyak perusahaan berguguran. Sejak tahun 1995 hingga 1999 menunjukkan hanya 5 persen pebisnis internet yang bertahan dan memperoleh keuntungan, sedangkan 95 persen pemilik situs lainnya bangkrut.
Agar Anda tidak termasuk dalam daftar perusahaan yang 95 persen tadi, maka berhati-hati dan bijaksana mengelola keuangan. Beli yang diperlukan, tapi jangan terlalu pelit, karena perusahaan membutuhkan pula teknologi mutakhir dan ahli komputer untuk mengikuti perubahan zaman.
Pendek kata, 25 juta manusia Indonesia itu bagaikan Rembulan nan Rupawan namun tidak mudah dijangkau.

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

Ada peristiwa menarik?
SMS www.tribun-timur.com di 081.625.2233
email: tribuntimurcom@yahoo.com

Hotline SMS untuk berlangganan koran Tribun
Timur, Makassar (edisi cetak) : 081.625.2266.
Telepon: 0411 (8115555) (***)

--
Tribun Timur, Surat Kabar
Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com