Sumber: www.tribun-timur.com Kamis, 27-09-2007 |
Empat Abad Lailatul Qadr di Sulsel |
Opini Tribun |
Oleh: Supa Atha'na, Director of Center for Middle Eastern Studies,Unhas,dan Kordinator Pengembangan Intelektual dan Dakwah, IJABI Sulsel JIKA kita menerima penanggalan empat abad Islam telah melembaga di Sulawesi Selatan (Sulsel) maka sejarah lailatul qadr kali ini juga adalah yang keempat abad kalinya melintas di ruang kerja pemerintah Sulsel, dan melawat di tengah-tengah hiruk pikuk dinamika sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Sulsel. |
Jika memperhatikan kondisi Sulsel yang masih saja memperlihatkan ketidakstabilan pada semua aspek --di usia renta-- maka dapat dipastikan bahwa sejarah 400 ratus tahun hubungan antara Sulsel dan lailatul qadr berlangsung secara disharmony (tidak harmonis). Selama itu lailatul qadr hanya sekadar melintas di ruang pikiran, terbetik di hati, dan terucap di bibir masyarakat Sulsel tanpa pernah terwujud secara sadar pada perilaku, pemikiran, dan kebijakan. Memang, kita jahlil dan bahlul! Kita tidak pernah mau menengok ke belakang mempelajari dan mau memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan. Selalu saja, tiap tahunnya itu yang terjadi. Selalu berulang dan terulang kesalahan, kesombongan, kepalsuan, kemalasan dan kenaifan yang sama. Tak ada kejadian dan perubahan yang lebih baik dan berarti pada diri kita dan negeri ini. Logis bila sejarah kita, Sulsel, dan negeri ini dari abad ke abad, dari generasi ke generasi adalah sejarah kosong. Pada kedatangan lailatul qadr kali ini, adakah usaha-usaha maksimal penjemputan telah kita lakukan dan persiapkan? Masihkah dengan cawan yang buram dan bernajis itu akan kita pakai menunggu dan mengharapkan hujan anggur kebaikan, keberkahan, kesucian, keabadian dan kekuatan revolusioner dari lailatul qadr? Persiapan Dini Untuk menggapai lailatul qadr hadir bersemayam di hati dan negeri kita, sedini mungkin diperlukan sebuah persiapan awal dengan pencucian yang kuat dan revolusioner. Pencucian itu tidak bisa dilakukan hanya dengan sholat tarawih, tadarrus, salat lail hingga fajar. Pencucian yang revolusioner adalah dengan mementingkan dan mengutamakan melakukan pengkhidmatan dan memasukkan kebahagian dan kegembiraan di hati umat manusia. Diri kita menjadi jaminan perasaan aman, tertolong dan selamatnya orang lain. Orang lain merasa senang dan bangga dengan niat hati, pandangan mata, dan pikiran akal kita. Hadis qudsi berikut ini sebuah resep manjur dan berkhasiat untuk melakukan pencucian secara radikal dan revolusioner itu. "Musa, tahukah kamu betapa besarnya kasih sayang-Ku padamu?" "Engkau lebih sayang kepadaku ketimbang ibuku." "Hai Musa, sesungguhnya ibumu menyayangi kamu karena anugerah kasihku juga. Akulah yang melembutkan hatinya sehingga ia sayang padamu. Akulah yang membaikkan hatinya supaya ia meninggalkan kebaikan tidurnya untuk merawatmu. Sekiranya aku tidak melakukannya, maka akan samalah ibumu dengan perempuan lainnya di dunia. "Hai Musa, tahukah kamu bahwa ada seorang hamba di antara hama-hamba-Ku yang mempunyai dosa dan kesalahan yang begitu banyak sehingga memenuhi sudut-sudut langit. Tetapi aku tak hiraukan dosa-dosanya;semua aku ampuni." "Mengapa tidak Kauhiraukan, ya Rabb?" "Karena ada satu hal yang mulia yang Aku cintai dalam dirinya: Ia mencintai fakir miskin. Ia bergaul akrab dengan mereka. Ia menyamakan dirinya seperti mereka. Ia tidak sombong. Jika ada hamba-Ku seperti dia, Aku ampuni dia dan Aku tidak hiraukan dosa-dosanya. (Jalaluddin Rakhmat;Madrasah Ruhaniah;hal.12)" Malam Rahmat Menolong orang kesusahan, mencintai fakir miskin, tidak menyakiti hati orang lain adalah metode ampuh mendatangkan rahmat, kasih dan ampunan Tuhan. Kalau saja amalan tersebut maksimal dilaksanakan pada bulan Ramadan ini secara matematis dengan bergabungnya dua unsur tersebut, tentu saja peluang untuk menjadikan cawan hati dan akal kita untuk kembali jernih dan suci semakin besar pula. Seiring dengan itu kita pun semakin optimis bahwa lailatul qadr pada kali 400 tahunnya di sulsel tidak lagi sekadar numpang lewat di hati dan di bumi Sulsel ini. Lailatul qadr dengan segala kerendahan hatinya akan singgah menebarkan pesona keberkahannya. Quran mengabarkan bahwa sekali saja lailatul qadr turun maka itu akan lebih baik dari 1000 bulan, 1000 tahun, 1000 abad, selama-lamanya. Keberkahan lailatul qadr tidak bisa diukur oleh waktu dan tempat. Sekali saja seseorang disentuh oleh lailatul qadr maka selama-lamanya ia akan menjadi manusia baik. Selamanya menjadi manusia suci yang kehadirannya menebarkan pesona dan kebaikan di sekelilignya. Lailatul qadr malam yang agung. Malam pengharapan. Malam penyelamat dari segala macam bentuk produk keterbelengguan, keterbelakangan, ketertindasan, dan kebodohan. 14 abad yang silam di Mekkah, menurut Ali Syariati, sebuah tempat yang dulunya sama sekali tidak pernah mendapat perhatian dari dua imperium besar: Persia dan Romawi. Sebuah tempat bagi mereka adalah kota mati, tiba-tiba saja hidup dan bergerak terus hingga kemudian ditemukan sebuah peradaban dan permulaan kehidupan lain yang lebih mencerahkan dari sebelumnya. Itu karena muatan lailatul qadr termanifestasi secara sempurna pada diri manusia suci Muhammad SAW. Setelah nabi tiada lagi di bumi, di malam lailatul qadr, malaikat-malaikat Tuhan tetap turun ke bumi, ke tanah air, ke tempat-tempat kehidupan manusia yang gelap dan lalai atas undangan insan mutiara yang terus terjaga menghidupkan malam lailatul qadr dengan munajat, menyayangi orang miskin, memberikan sedekah, dan menolong orang dalam kesulitan. Malam al-qadr malam pelantikan dan penentuan manusia-manusia baru, yang besok pagi akan membangun dan membangkitkan manusia baru. Malam ini momentum pembentukan babakan sejarah baru pada suatu bangsa lewat sejarah baru setiap orang yang dirasuki ruh qudus dan hujan malaikat. Malam ini Jibril turun ke bumi mengantar misi dan risalah kenabian kepada para pewaris nabi yang berhak menerima dan mengembannya untuk menyampaikan dari keterasingan kehidupan, kebekuan pemikiran, peribadatan dan penyendirian yang berlebihan, juga menyadarkan akan ketinggian gunung kedirian kita selama ini beralih pada kerendahan, kedamaian, dan kesejukan telaga hati. Menurut Allamah Kamal Faqih Imani, malam alqadr disebut malam kemulian lantaran semua urusan dan nasib manusia selama satu tahun ditetapkan di malam ini. Ayat 3-4 Surah ad-Dukhan menjadi saksi atas gagasan ini. "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkati dan sesungguhnya Kamilah yang selalu memperingatkan. Pada malam itu telah dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." Selanjutnya Kamal Faqih menjelaskan bahwa gagasan ini tidak hendak membuat pertentangan dengan konsep kehendak bebas atau ikhtiar manusia mengingat kebijaksanaan Ilahi dijalankan oleh para malaikat berdasarkan kompetensi dan kemampuan menurut tingkat keimanan manusia dan kebaikan dalam niat dan perbuatan mereka yang ikhlas. Yakni setiap orang diberi rezeki dengan apa yang pantas diterimanya, atau dengan kata lain, setiap jalan yang hendak dilalui dibuka sendiri oleh orang bersangkutan. Maka hal ini bukan saja tidak bertentangan dengan kehendak bebasnya, tapi malah mempertegsnya (Allah Kamal Faqih Imani;Tafsit Nurul Quran,2006;hal.209). Semoga saja kita semua telah berusaha semaksimal mungkin dan siap menyambut kehadiran lailatul qadr sehinga pada 400 kalinya ini betul-betul mengejawantah dalam diri dan di bumi Sulsel. Dengan begitu, kita dan Sulsel pada sejarah hari esok akan lebih baik dan terus menyempurna hingga akal sejarah berhenti dan lumpuh di hadapan kesempurnaannya. (***) |
South Sulawesi
From Wikipedia, the free encyclopedia
| |
| |
Capital | Makassar |
Governor | Muhammad Amin Syam |
Area | 72,781 km2 |
Population | 7,497,701 (2005)[1] |
Density | 103 persons/km² |
Ethnic groups | |
Religion | |
Languages | |
Time zone | UTC+8 |
Web site | sulsel.go.id |
South Sulawesi is a province of Indonesia, located on the western southern peninsula of Sulawesi island. The province is bordered by Central Sulawesi province to the north, South East Sulawesi province to the east and West Sulawesi province to the west (West Sulawesi province was split from South Sulawesi in 2004). The capital of South Sulawesi is Makassar.
Contents[hide] |
[edit] Administrative
[edit] Regencies
South Sulawesi is divided into following regencies with their capitals.
- Bantaeng Regency (Bantaeng)
- Barru Regency (Barru)
- Bone Regency (Watampone)
- Bulukumba Regency (Bulukumba)
- Enrekang Regency (Enrekang)
- Gowa Regency (Sungguminasa)
- Jeneponto Regency (Jeneponto)
- Luwu Regency (Palopo)
- East Luwu Regency (Malili)
- North Luwu Regency (Masamba)
- Maros Regency (Maros)
- Pangkajene Islands Regency (Pangkajene)
- Pinrang Regency (Pinrang)
- Selayar Regency (Benteng)
- Sinjai Regency (Sinjai)
- Sidenreng Rappang Regency (Sidenreng)
- Soppeng Regency (Watansoppeng)
- Takalar Regency (Takalar)
- Tana Toraja (Makale)
- Wajo Regency (Sengkang)
[edit] Cities
[edit] References
- ^ BPS Provinsi Sulawesi Selatan. Number of Population, Sex Ratio, Member of Household and Average Household Member by Regency/City in Sulawesi Selatan, 2005. Press release. Retrieved on 2007-08-28.
[hide] | |
---|---|
Sumatra | Aceh · North Sumatra · West Sumatra · Bengkulu · Riau · Riau Islands · Jambi · South Sumatra · Lampung · Bangka-Belitung Islands |
Java | Jakarta · West Java · Banten · Central Java · Yogyakarta · East Java |
Kalimantan | West Kalimantan · Central Kalimantan · South Kalimantan · East Kalimantan |
Lesser Sunda Islands | Bali · West Nusa Tenggara · East Nusa Tenggara |
Sulawesi | West Sulawesi · North Sulawesi · Central Sulawesi · South Sulawesi · South East Sulawesi · Gorontalo |
Maluku Islands and New Guinea | Maluku · North Maluku · West Papua · Papua |
No comments:
Post a Comment