05 October 2007
SMS "Sayang" dan "Asmara" Oleh M. Arief Al-Fikri
:: RSS PANYINGKUL!
Selasa, 18-09-2007
SMS "Sayang" dan "Asmara"
:: M. Arief Al-Fikri ::
http://www.panyingkul.com/rssview.php?id=569
Berita Pilkada Sulsel yang kian gencar.
Foto: Repro Harian Tribun Timur/M. Arief Al-Fikri.
Selasa, 18-09-2007
SMS "Sayang" dan "Asmara"
:: M. Arief Al-Fikri ::
Masihkah ada ruang publik, media dan saluran komunikasi yang tidak dimanfaatkan tiga pasang kandidat yang akan bertarung dalam Pilkada Sulsel tanggal 5 November mendatang? Jawabannya sudah pasti: tidak. Kampanye Pilkada sudah seperti udara, ada di mana-mana, masuk ke paru-paru, terserap oleh kulit, disadari atau tidak. Pesan yang terus terang atau terselubung hadir di televisi, radio dan surat kabar, setiap hari, setiap menit. Bahkan selama bulan Ramadan, siaran berbuka puasa pun digempur “pesan sponsor”. Citizen reporter M. Arief Al-Fikri siswa SMAN 1 Makassar membagi hasil pengamatannya terhadap pesan pendek SMS dan berita Pilkada yang ditayangkan sebuah koran lokal di Makassar. Berikut ulasan sederhananya. (p!)
“Jangan ketinggalan info-info terbaru Pilkada Sulsel. Kirim SMS ke 9858....
Demikianlah penggalan keterangan yang tertulis dalam rubrik SMS Pilkada yang ditayangkan Harian Tribun Timur, koran yang populer dengan slogan; Spirit Baru Makassar. Harian yang sudah mengklaim diri sebagai pemimpin pasar di Makassar sejak kehadirannya tiga tahun lalu, memang gencar memberitakan segala sesuatu yang terkait Pilkada Sulsel untuk memilih gubernur dan wakil gubernur baru bulan November mendatang.
Para pembaca setiap harinya bisa menemui instruksi mengikuti berita Pilkada melalui SMS ini di rubrik politik Tribun Timur. Informasi tersebut menempati posisi header halaman. Petunjuk praktis ini seakan menjadi penyambut para pembaca sebelum membaca berita lainnya. Saya tertarik mengamati layanan berita Pilkada via SMS ini karena membayangkan bahwa pengelola media ini telah menempatkan berita Pilkada sebagai berita yang sangat ditunggu pembaca jauh hari sebelum hari “H”, dan untuk mendapatkan updating berita, tidak perlu menunggu hari esok, tapi cukup mengirim SMS saja.
Selain itu, ada pula SMS Pilkada yang bersifat interaktif, di mana pembaca yang mengirimkan SMS untuk menyatakan dukungan. Caranya, pembaca tinggal mengirim SMS baik berupa dukungan, informasi acara, posko, kegiatan, saran, kritik, dan laporan dinamika Pilkada di daerah masing-masing. Hanya dengan mengetik POL pesan pembaca, lalu kirim ke 0816252233, pesan pembaca akan dimuat setiap hari di rubrik politik.
Berikut ini sejumlah contoh SMS yang dimuat:
“KUDUKUNG ki SAYANG, hanya SAYANG yg memikat nuraniku untk saya sayang dan kupilih, untk warga Sulsel, pastikan SAYANG yg Pasti”
“AMIN/Mansyur meskipun udah Tua masih saja terlibat Asmara…tapi kita harus tetap “SAYANG” krn kita ingin BERUBAH UNTUK SEJAHTERA. BANTUKA’ BOSS!!!
“MAJU ASMARA kritik yg jujur trkadang mrupkn pujian yg trsmbuxi. satu mushku trLLu bnyk, seribu tmnku trLLu sdkit, memilih pemimpin hrs pntr2. Cagub yg trLLu mau akan fatal akibatxa (by Syafar in limbung tmcinna)”
“APAPUN yg terjadi pilihan kami tetap SYL, bahkan nyawa taruhanx pilihan kami tetap SYL. Hidup SYL, trims IR, keluarga besar Bonerate, kab. Selayar
Bagi warga Sulel, istilah yang lahir untuk kepentingan Pilkada, seperti SAYANG (Syahrul Yasin Limpo- Agus Arifin Nu’mang), ASMARA (Amin Syam-Mansyur Ramly) dan SYL (Syahrul Yasin Limpo) menjadi kata-kata yang mudah ditemui di mana saja.
Dari pengamatan yang saya lakukan selama sepekan pada akhir bulan Agustus 2007, dari rubrik SMS Pilkada harian Tribun Timur, rata-rata bunyi SMS yang ditayangkan berupa dukungan dan sindiran kepada para kandidat yang bertarung. SMS yang dimunculkan nyaris tanpa kritikan, keluhan, ataupun yang lainnya oleh para pembaca terhadap para kandidat. Padahal telah tertulis bahwa pembaca dapat mengirimkan pesan dalam bentuk dukungan maupun kritikan, Mengapa tidak kritikan? Penyebabnya bisa saja karena memang tidak ada pembaca yang mengirimkan kritikan, atau mungkin saja pihak redaksi koran tersebut memiliki kebijakan ketat dalam penayangan kritik, sebab di bagian bawah rubrik SMS Pilkada terpasang keterangan: Mohon maaf kami tidak menerima SMS yang menyerang kehormatan pribadi.
Meskipun ada dua SMS yang mengandung kritikan, namun tetap saja ujung-ujungnya berbunyi dukungan. Berikut kutipannya:
“DI DESA kmi sama skali tdk ada pmbngunan dari dana pmbangunan Desa sbnyk 50 juta, yg ada cuma pembangunan rumah kep Desa, Demi ALLAH kmi rakyat Desa Tellu Boccoe kec Ponre kab Bone akan mmilih bpk Aziz-Mubil krn niat bpk mmbrantas korupsi. Insya Allah kmi akan mendukung niat baik bpk wassalam.”
Atau yang ini:
“BUAT Elit GOLKAR,”Jangan Marah dimuara” dan “Berhentilah Mengaduk Samudra” tetapi “Railah Tanganku, Kuraih Tanganmu” itulah harapan semua orang, jngn kwatir Boss tdk ada tangan kuraih selain tangannya SYAHRUL, EWAKO cappo. BONE kue.”
Sebagai pembaca, tentu terbetik pertanyaan bagaimana SMS Pilkada ini bisa dilihat sebagai cerminan dukungan rill yang diperoleh setiap pasangan di tengah masyarakat. Berapa banyak jumlah SMS yang masuk untuk setiap pasangan dan bagaimana proses seleksi yang dilakukan redaksi terhadap SMS dukungan dan kritikan yang ditampilkan, tentu bisa didiskusikan lebih jauh. Sebagai pelajar, gencarnya SMS Pilkada membuat saya ingat kontes Indonesian Idol atau Kontes Dangdut Indonesia, yang pemenangnya memang dipilih berdasarkan banyaknya SMS. Memilih gubernur dan wakil gubernur tentu tidak sama dengan memilih idola bermodal SMS terbanyak.
Berita Pencitraan
Saya juga membaca hampir semua berita Pilkada Sulsel di harian yang sama, selama periode terakhir bulan Agustus. Meski ini bukanlah penelitian ilmiah, melainkah hanya sebuah review sederhana, dengan mudah saya menemukan berita-berita yang dari judulnya saya nilai sebagai berita peristiwa, tapi ternyata memuat pernyataan dukungan bagi calon tertentu.
Berita-berita Pilkada memang gencar, Topik-topik beritanya, kebanyakan mengabarkan kegiatan para kandidat Pilkada dan konflik antara sesama elit politik. Selain itu, ada juga ulasan aspirasi rakyat biasa yang rata-rata dari mahasiswa, dosen, direktur, dan kalangan well-educated lainnya. Pada bagian yang berisikan kritikan, pernyataan, usulan, dan aspirasi lainnnya tersebut, hanya memenuhi kurang lebih 10 % dari seluruh komposisi halaman, dikalahkan oleh berita kegiatan ceramah para kandidat di berbagai forum, kunjungan mereka ke daerah-daerah, dan konflik antara sesama elit pilkada yang nampaknya merupakan langganan rubrik politik setiap harinya dengan cara penyajian berita yang tak jauh beda dengan kabar para selebritis di infotainment.
Simak misalnya pertarungan soal “warna kuning”. Pada berita berjudul “Arfandy: Soal Kuning, Agus Tak Beritikad Baik”. Dijelaskan bahwa sekretaris DPD I Golkar Sulsel Arfandy Idris menilai Agus Arifin Nu’mang tidak beritikad baik, pasalnya tidak mematuhi ketentuan Golkar dalam menggunakan atribut yang identik dengan warna kuning. Elit Golkar kembali menyorot Agus lantaran munculnya iklan Agus di salah satu stasiun tv nasional dengan jaket kuning. Namun, saat dikonfirmasi secara terpisah, Agus enggan menanggapi banyak tudingan Arfandy. Ia merasa tidak pernah menggunakan atribut partai untuk mempengaruhi pemilih. “…….Kan tidak semua baju kuning adalah atribut Golkar, ”ujarnya. Ia lebih memilih fokus pada strategi pemenangan.
Setelah membaca ini, saya pun teringat dengan kasus grup band papan atas Dewa 19 yang sempat heboh di berbagai media beberapa tahun lalu terkait lambang Laskar Cinta-nya yang dituding meremehkan nama Allah SWT. Intinya, persoalan beda persepsi yang dibesar-besarkan.
Berita serupa juga saya temui pada judul “Panwas-KPU Bersitegang Soal Berkas Kandidat”. Pada berita dengan judul paling besar dari yang lainnya ini, sebagai pembuka berita, dipasang foto Dr. Juajir Sumardi (Ketua Panwas Pilkada) dan foto Andi Mappinawang (Ketua KPU Sulsel) di bawahnya beserta pernyataan masing-masing mengenai legalitas penyerahan berkas kandidat. Dituliskan bahwa KPU bersikukuh tidak akan menyerahkan berkas pencalonan ke panwas, sedangkan panwas meminta KPU tidak menghalang-halangi pekerjaan mereka. Namun, alasannya KPU tidak menyerahkan berkas tersebut kendati KPU tidak berkewajiban memberikannya ke panwas.
Selain dua berita di atas, masih ada beberapa berita konflik lainnya yang saya temui. Dan yang tidak kalah “spektakulernya”, adalah jenis berita yang saya sebut dengan “berita pencitraan”. Dua di antaranya melalui ulasan buku karya Syahrul Yasin Limpo : Ambil Tanganku, Kuambil Tanganmu, dan buku : Prof. Dr. H. Mansyur Ramly For Vice Governor, karya M. Saleh Mude.
Dalam “Membaca Kearifan Kepemimpinan” yang merupakan judul ulasan buku karya Syahrul Yasin Limpo, dijelaskan panjang lebar 22 paragraf mengenai pemikiran kearifan kepemimpinan seorang Syahrul Yasin Limpo. Kalimat-kalimat dalam tulisan tersebut antara lain berbunyi, “…buku ini hadir sebagai cerminan kepekaaan dalam mengamati apa yang berkembang di masyarakat; dapat diduga, Syahrul mengail inspirasi dari laku sufi Dato Patimang lalu mengukuhkan pandangan dan sikapnya tentang kepemimpinan dan pemerintahan; serta filosofi “ambil tanganku” sebagai sikap terbuka, sangat relevan di era modern dimana sinergi unsur pembentuk ikatan sosial, proses interaksi dalam organisasi, pola manajemen, inovasi dan kreativitas permanen adalah keterbukaan,”
Penjelasan ini semakin memperkuat “citra” seorang Syahrul Yasin Limpo sekaligus semakin memperkuat pesan untuk memilihnya di Pilkada.
Sedangkan pada ulasan resensi buku Prof. Dr. H. Mansyur Ramly For Vice Governor, bentuk pencitraannya melalui pernyataan-pernyataan “orang-orang yang tidak biasa”. Misalnya, “Mansyur Ramly telah menunjukkan prestasinya yang mengagumkan dalam dua bidang; ilmiah dan birokrasi”ujar Prof. Dr. HM. Quraish Shihab, ahli tafsir Al-Qur’an, dan,“Mansyur Ramly termasuk figur yang dapat mengkombinasikan institusi akademi, birokrasi, organisasi, dan insting politik. Sebuah subjek yang dapat mensejahterakan rakyat Sulsel” kata M. Jafar Hafsah, elit DPD Partai Demokrat. Hebat nian pencitraannya.
Ada juga satu berita yang membuat saya sedikit tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala setelah membacanya, yaitu berita berjudul “Mubyl Ceramah di HMI” yang terdiri dari 3 paragraf. Paragraf pertama dan kedua menjelaskan tentang kandidat wakil gubernur Mubyl Handalig, pasangan Azis Kahar yang berceramah dalam acara Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurut Ketua Bidang Hukum dan HAM Badko HMI Sulselrabar M. Aries Yasin, kehadiran Mubyl dalam acara yang digelar oleh PB HMI dengan Komisi Yudisial tersebut, dalam kapasitas Mubyl sebagai Ketua Korps Alumni HMI (KAHMI) Sulsel. Namun di akhir paragraf ditulis, ”Secara kelembagaan HMI memang tidak mendukung Pak Mubyl. Tapi secara emosional, semua kader tentu akan condong kepada beliau”ujar Aries.
Inilah yang membuat senyum saya merekah. “Oh, berita dukungan ternyata…”
Demikianlah contoh berita beserta komposisinya dalam rubrik politik harian Tribun Timur yang saya amati dalam sepekan. Ini tentu pengamatan sederhana saja, sebagai pembaca koran. Saya pun menyimpulkan, nyaris tidak ada berita yang “mencerahkan” para pembaca, yang mendominasi adalah apa yang saya istilahkan “berita obat bius” yang mengutip omongan dan janji para kandidat dan fanatisme pendukung mereka. Sekali lagi, ini ulasan pribadi saya, seorang pelajar yang setiap pagi membaca koran yang gencar mengabarkan Pilkada, seorang warga yang tidak luput dari kampanye ketiga kandidat di semua ruang publik, di semua media dan saluran komunikasi. (p!)
*Citizen reporter M. Arief Al-Fikri dapat dihubungi melalui email fick_ree@yahoo.co.id
| Beri Komentar| Jumlah Komentar (13) |
Komentar :
22-09-2007
Dari : Nia |
Tulisannya Fikri bagus. Nontonji di TVRI setiap maghrib? ada juga tawwa istri Cawagub & Pak Cawagub yang menyanyi lagu religi, pasti itu bagian dari kampanye toh?
20-09-2007
Dari : Recca | andi_recca@yahoo.com
mUdaH_mUdAhaN... GuBeRnUR yANg tERpiLiH...oRaNG yAnG mEMegAnG AmaNAh daN SeLAlu BerCErmin dAri PEngaLamaN... .........."JASMERAH" jAngaN Sekali_kALI MeluPAkaN SeJAraH............
19-09-2007
Dari : yusri | yusrinaksmansa@yahoo.co.id
Fikri, kami selalu mendukungmu!!!
19-09-2007
Dari : fikri |
buwat bang hali hd, saya tidak menuliskan itu karena ini merupakan review media. begitu!!!!
19-09-2007
Dari : syamsoe | www.toyota-gue.com
.. bagi saya siapapun orangnya yg naik tidak masalah, asal dia bisa membawa sulsel ke yang lebih baik. sukseskan Pilkada sulsel 2007-BIJAK DIGARIS TAK BERPIHAK ...
18-09-2007
Dari : halim hd. | halimhade@yahoo.com
bukan maen, fikri, boleh, boleh, setelah ada 'narkoba sospol' seperti yang pernah diungkapkan oleh pak alwy rachman pada pilkada yang lampau, kini ada 'bob' yang bukan 'robert', tapi 'berita obat bius'. mungkin ada baiknya, sekedar usulan, bagaimana kalau anda juga menanyakan kepada warga disekitar rumah anda atau kalangan kaum muda tentang pilkada dan calon yang ada. mungkin hal itu bisa melengkapi tulisan anda. tengkyu.
18-09-2007
Dari : nyonri | hasymi.ibrahim@gmail.com
fikri, tulisanmu melengkapi laporan-laporan lucu Pilkada Sulsel. Terima kasih.
18-09-2007
Dari : fikri |
bwt kakak2 editor, sorry salah ktikka tulisan yg bercetak hitam tebal, berikut yg bener: MOHON MAAF,KAMI TIDAK MEMUAT PESAN YANG MENYERANG KEHORMATAN PRIBADI. sekian,....tengkyu n sorryyyy BANGGEEET
18-09-2007
Dari : Ipul deGasz | ipulji@yahoo.com
inilah salah satu kekurangan dari media lokal di Makassar, kurang kritis..bahkan kadang terasa kurang kreatif...sy sama kayak Fick_ree, kadang2 merasa Pilkada ini over blow up..hampir tidak ada ruang yang tersisa untuk berita2 lainnya, dan sayangnya isi berita ttg Pilkada kadang2 juga malah tidak berbobot...buat fick_ree..muantaff boss...terus ko menulis cess...ditunggu tulisanmu berikutnya...salam..
18-09-2007
Dari : Ogi Sidenreng |
Terima kasih atas tulisanta' Fikri sama dengan Daeng Rusle, kita2 disini hanya bisa memantau Pilkada Sulsel dari jauh. semoga terpilih Gubernur yang sesuai dengan hati nurani Masyarakat Sulsel yang harus bersih dari narkoba dan korupsi.
18-09-2007
Dari : Nyomnyom |
Para politisi kita sekarang makin pandai merangkul tim kreatif untuk mencarikan singkatan-singkatan dan istilah yg kadang-kadang juga agak 'maksa'... yg jelas, para kandidat gubernur ini belajar banyak dari slogan TELKOMSEL...'hadir di setiap kecamatan..' ..kalau mereka bahkan lebih, balihonya hadir di setiap pelosok desa...
18-09-2007
Dari : nida | rianida48@yahoo.co.id
keep writing...yah
18-09-2007
Dari : rusle' | muhruslee@gmail.com
Elit bertempur, memenuhi semua ruang publik. Tidak adakah ruang utk tukang sapu jalan, utk paddoja masigi'? mungkin ada, setelah pilkada selesai, dan janji sudah dilupakan, maka penggusuran dan perubahan atas nama investasi dimulai. Thanks Fikri sudah membagi cerita ini, kami yang di tempat jauh bisa mengikuti konstelasi kampanye saat ini. Kalau saya punya hak pilih, maunya sih pilih yg malempu' saja...:)
KLH: Makassar Kota Terkotor
http://www.lestari-m3.org/index.php?option=com_content&task=view&id=127&Itemid=1
Tribun Timur, Kamis 7 Juni 2007
KLH: Makassar Kota Terkotor
Jakarta, Tribun - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI, Rabu (6/6), melansir data kota terkotor dan bersih tahun 2007.
Makassar berada di urutan kelima sebagai kota terkotor dengan nilai 67,56 (sedang) untuk kategori kota metropolitan.
Empat kota lainnya yang lebih kotor dari Makassar adalah Bekasi (Jabar) dengan nilai 63,78, Tangerang (Banten) dengan nilai 64,69, dan Depok (Jabar) dengan nilai 65,06.
Sementara lima kota lainnya di Sulawesi Selatan (Sulsel) justru mendapat Penghargaan Adipura karena mendapat predikat kota terbersih.
Parepare dan Palopo meraih Adipura untuk kategori kota sedang. Sementara Pangkajene (Kabupaten Pangkep), Sengkang (Wajo), dan Barru mendapat Adipura untuk kategori kota kecil.
Dari 382 kota yang dinilai, hanya sekitar 22 persen yang dianggap layak lolos seleksi, ujar Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar saat menggelar jumpa pers di Hotel Sahid, Jakarta.
Menurut Rachmat, sekitar 78 persen kota dinyatakan tidak lulus.
"Yang lulus ini sudah meningkat sejak tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya hanya 11,3 persen," jelasnya.
Kecewa
Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengaku kecewa dengan pengumuman Adipura tahun ini.
Menurutnya, Makassar gagal meraih Adipura karena angka acuan yang semakin tinggi dibandingkan tahun lalu (lihat, Terganjal Drainase)
Makassar empat kali berturut-turut meraih Adipura yakni pada tahun 1994, 1995, 1996, 1997.
Namun, penilaian di era Orde Baru itu tidak seketat dengan penilaian dalam dua tahun terakhir.
Konsultan Tata Kota Makassar Danny Pomanto tak percaya bila Makassar mendapat predikat sebagai kota terkotor.
Namun bila itu terjadi, dia menilai sistem yang ada saat ini belum sepenuhnya berjalan.
"Jika ingin sukses, sistem yang dibuat harus melibatkan semua lapisan masyarakat. Sampah adalah masalah yang sangat detail," kata dosen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini.
Sedangkan Ketua Perhimpunan Hotel Indonesia (PHRI) Makassar Anggiat Sinaga menilai, pemerintah kota sudah gencar mengajak masyarakat untuk peduli kebersihan.
Pemerintah juga telah membuat perda tentang kebersihan untuk menjerat pelanggar.
Anggiat mengingatkan, predikat ini bisa memperburuk pertumbuhan pariwisata karena pariwisata identik dengan image (citra).
Bukan Terkotor
Anggota tim penilai Piala Adipura, Ilyas Asaad, menjelaskan, ada tiga jenis penilaian. Yaitu pengelolaan sampah, kawasan hijau, dan drainase.
Tiga jenis penilaian itu dilakukan di semua fasilitas kota seperti rumah sakit, terminal, instansi pemerintah, dan ruang publik.
"Di Makassar, kami melakukan penilaian di lebih dari 100 titik. Dari penilain kami, Makassar memang masih kurang baik dalam hal drainase," ujar Ilyas yang juga Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Region Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Makassar berada di urutan kedelapan dari 14 kota yang dikategorikan sebagai kota metropolitan. Makassar memang berada di bawah Surabaya dan seluruh DKI Jakarta. Namun masih lebih baik dibanding Bandung, Depok, dan Tangerang.
Menurut Ilyas, nilai Makassar lebih tinggi dibanding tahun lalu. Namun, karena tingkat penilaian (grade) Adipura terus naik dari tahun ke tahun, tahun ini Makassar belum berhasil meraih penghargaan tersebut. Kenaikan grade juga akan terus dilakukan dalam penilaian tahun depan.
"Saya klarifikasi kabar yang beredar. Benar Makassar tidak memperoleh Adipura. Tapi, jika dikategorikan terkotor, saya kira tidak demikian. Masalahnya hanya Makassar tidak dapat mencapai grade-nya tahun ini. Secara umum, kota itu sudah lebih baik dari tahun lalu," papar Ilyas.
Deputi Menteri LH Bidang Pencemaran M Gempur Adnan menjelaskan, skala penilaian meliputi sangat jelek dengan 30-50, jelek 50-60, cukup 60-70, baik 71-85, dan sangat baik 85-90. "Yang di bawah 30 tidak kita nilai," kata Gempur.
http://www.pointblog.com/past/2006/01/30/lecteurscitoyensreporters_pour_un_journal_indonesien_a_la_mecque.htm
Lecteurs-citoyens-reporters pour un journal indonésien à la Mecque
Publié le 30 janvier 2006 à 14:45
Dans etranger
Par Gilles Klein
Tribun Timur, un journal tiré à 50 000 exemplaires à Makassar (Indonésie) n'a pas les moyens d'envoyer un reporter couvrir le pélerinage à la Mecque qui concerne 200 000 Indonésiens chaque année. En 2005, Tribun Timur a demandé à six de ses lecteurs-pélerins, dont le maire de Makassar de lui envoyer quelques informations par SMS, ce qui permet à la rédaction de rappeler l'expéditeur si elle veut en savoir plus pour inclure son témoignage dans un article, explique la version en Anglais d'Ohmynews.
(via Textually.org)
20-AN PAKAR HUKUM DESAK PENYETARAAN DPD-DPR
http://www.indonesia-ottawa.org/information/details.php?type=news_copy&id=4317
20-AN PAKAR HUKUM DESAK PENYETARAAN DPD-DPR
Tribune Timur - 2 Juli 2007
Makassar, Tribun--Para pakar hukum tata negara dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mendesak penyetaraan wewenang antara lembaga DPD dan DPR RI dengan mengusulkan perubahan Pasal 22D UUD 1945 (lihat, Kewenangan untuk DPD).
Hal tersebut menjadi salah satu kesimpulan pertemuan yang diikuti sedikitnya 20- an pakar hukum tata negara dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan aktivis NGO bidang hukum di di Hotel Imperial Aryaduta Makassar, Makassar, yang berlangsung mulai 29 Juni hingga 1 Juli 2007.
Selain itu, pertemuan yang digelar atas kerjasama Pusat Studi Konstitusi (PuSKon) Universitas 45 Makassar dan DPD RI tersebut juga merekomendasikan bahwa perlunya pembahasan lebih jauh seperti isu tentang dimungkinkannya constitusional complaint (pengaduan konstitusional) kepada Mahkamah Konstitusi.
"Dari pertemuan ini juga kami sepakat meminta penegasan wewenang Komisi Yudisial dalam mengawasi semua hakim yang berada di bawah lembaga kekuasaan kehakiman," ujar Dr Abdur Rahman, Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas 45 Makassar dalam siaran persnya, Minggu (1/7).
Hadir antara lain, guru besar UMI Prof Dr Muin Fahmal, Direktur Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia Bivitri Susanti, Prof Aminuddin Ilmar dari Unhas, Denny Indrawan dan Zainal Arifin LLM dari UGM, dan Herlambang MA dari Unair.
Rekomendasi berikut draf perubahan UUD 1945 yang dihasilkan dari pertemuan tersebut kemarin sudah diserahkan panitia ke DPD RI yang diterima Wakil Ketua DPD RI Laode Ida. Rencananya draft ini akan diserahkan ke MPR RI sebelum batas akhir penyerahan draft usulan perubahan konstitusi, 8 Agustus 2007 mendatang. (jum/rex)
Sumber: Tribune Timur - www.tribun-timur.com
Muhammadiyah Programme
http://www.britishcouncil.org/indonesia-society-muhammadiyah-programmes.htm?mtklink=indonesia-society-muhammadiyah-programmes
Muhammadiyah Programme
A series of programmes have been developed in partnership with Indonesia’s second largest Muslim organisation, Muhammadiyah which aim at providing an opportunity to establish links with the UK and building capacity through working with key individuals responsible for policy making, education and youth initiatives.
The objective of the programme is to expose participants to the best practice in the UK in the areas of interfaith dialogue, religious education, and multiculturalism. It also aims to help strengthen understanding between Indonesia and the UK through the facilitation and development of links.
Muhammadiyah policy makers
Eleven regional heads of Muhammadiyah visited the UK in July 2005 to hold dialogues with a number of religious and cultural institutions for discussions on interfaith relationships and about the present and future need for respect between diverse parts of society. The participants said they were most satisfied with sessions conducted by the Bishop of London and the Archbishop of Southwark. As a follow up activity, participants agreed to choose ‘Religion, Radicalism and Multiculturalism’ as the general theme for follow-up seminars. Two visiting speakers from the UK also took part in 3 public seminars in Jakarta, Bandung and Magelang organised by Muhammadiyah policy makers.
‘Collaboration between the UK and Indonesia should be intensified to improve better understanding,’ said Din Syamsuddin, Chairman of Muhammadiyah.
K.H. Nasruddin Razak, Regional Head of Muhammadiyah from South Sulawesi, said to Tribun Timur Makassar of 3 August 2005, ‘I admire the UK even more after I realise that Islamic studies are very much in demand there. It is true that other secular countries are also undertaking studies on Islam but not the same as what I see in the UK.’
Inco Foreign Employees Taken Hostage
http://www.jatam.org/english/index.php?option=com_content&task=view&id=241&Itemid=43&PHPSESSID=b59205dabaf7435ab6163bc44aee94b0
Inco Foreign Employees Taken Hostage Print E-mail
On Friday, July 29, 2005, over 100 citizens of Desa Nikkel (the village around Inco's mines and smelter in Indonesia) and former Inco employees (members of the Indonesian Workers' Union (SPBI)) held an action in front of the Inco Sorowako Golf Club. English summary of original news item below from the Tribun Timur, July 30, 2005, "Inco Foreign Employees Taken Hostage"
On Friday, July 29, 2005, over 100 citizens of Desa Nikkel (the village around Inco's mines and smelter in Indonesia) and former Inco employees (members of the Indonesian Workers' Union (SPBI)) held an action in front of the Inco Sorowako Golf Club. Twelve Inco foreign employees and several vehicles were taken hostage for 3 hours by citizens. The citizen raid ended when Inco management promised to make their representatives available for a meeting. The citizens are demanding that Inco immediately meet with them to resolve a decades old land compensation issue. Meanwhile, some 250 former Inco employees are demanding that Inco immediately deal with a worker severance issue and comply with labour regulations. At the time of this news report (Sat, July 30), the meeting was still in progress.
Marketing 3.0: Marketing Ala Rasulullah
Marketing 3.0: Marketing Ala Rasulullah
Last Saturday, I was invited to give a speech about Marketing 3.0: Values-Driven Marketing in Makassar. The topic was taken from my latest book with Philip Kotler, and the audience reached 300 people. The show went fine. But, one thing that surprised me is that, Tribun Timur, a local newspaper wrote my speech in their newspaper. They even plan to make it into a serial article starting from Sunday, 16 September For those who don’t know yet, Tribun Timur is the new leading local newspaper at Makassar. Makassar itself is regarded as the largest city in the East region of Indonesia. I am really excited on spreading the Marketing 3.0 idea throughout Indonesia and ASEAN.
Ulasanhk1
Ulasanhk2
This is the encrypt from the article
UNTUK memahami konsepsi marketing yang saya sebut dengan Marketing 3.0, terlebih dahulu saya akan paparkan beberapa aktivitas bisnis dari perusahaan yang menjadi contoh dan acuan utama dari marketing 3.0 ini.
Contoh khusus yang banyak saya paparkan di dalam buku Marketing 3.0: Values-Driven Marketing tersebut adalah praktik bisnis yang dilakukan Anita Roddick melalui perusahaannya The Body Soul dan Putera Sampoerna (HM Sampoerna).
Dan yang paling utama saya juga akan menguraikan teladan dari Rasulullah Muhamad SAW yang menjadi Al Amien (yang dipercaya) dalam melaksanakan bisnisnya (berdagang). Termasuk geliat bisnis Yayasan Darul Tauhid milik Aa Gym.
Marketing 3.0 sebenarnya juga ter-triger oleh ibu Erna Witular (duta PBB untuk program Melinium Goal) yang meminta saya bagaimana marketing bisa meyakinkan perusahaan dan setiap orang bahwa tidak ada bedanya antara aspek kemanusiaan (human) dan bisnis.
Karena sebenarnya jika bisnis tak berhubungan dengan kemanusiaan maka bisnis itu tak akan sustainable (berkelanjutan).
Saya adalah seorang beragama Kristen Katolik tapi banyak berhubungan dan berteman dengan orang Muslim.
Saya berteman dan membuat buku Berbisnis dengan hati bersama Aa Gym yang dulu kondang itu.
Namun buku itu mendadak tak laku lantaran Aa Gym terlalu underestimed terhadap segmen pasar wanita.
Secara agama, apa yang dilakukan Aa Gym tak salah tapi karena merasa brand-nya terlalu kuat jadi mengabaikan perasaan satu segmen yang very power full yakni wanita. Tapi apa yang dikatakan Aa Gym bahwa "berbisnis harus dengan kejujuran", lalu "profit itu adalah bonus tetap benar dan bagus.
NU
Saya juga pernah membuat VCD bersama Ketua NU Hasyim Musadi pada HUT NU Ke-80 untuk memperbaiki persepsi terhadap NU dan Islam setelah bom Bali.
VCD itu juga dipakai untuk presentasi pak Hasyim pada konferensi yang dihadiri 3.000 pendeta Kristen Protestan di Brasil.
Perkataan Pak Hasyim yang cukup berkesan bagi saya saat itu yakni "Yang sama tak perlu dibedakan, dan yang beda tak perlu disamakan".
Saya juga sekarang sering ke Pesantren Langitan dan menjelaskan marketing kepada kalangan pesantren. Sekarangkan marketing rusak tuh citranya oleh orang yang suka door to door itu.
Saya jelaskan bahwa marketing itu meaning-nya (artinya) adalah integritas, seperti Nabi Muhammad yang disebut sebagai sosok yang Al Amin, tak saja pintar tapi jujur. Rasulullah bisa dipercayai oleh orang lain yang bukan dari keluarganya dititipkan uang untuk dipakai modal berdagang.
Itulah marketing. Bagaimana bisa memancarkan aura sehingga orang percaya pada kita. Orang lain yang sangat berbeda dengan kita bisa percaya akan integrity kita sehingga mau membeli barang tanpa perlu dipaksa. Jadi Rasulullah itu adalah makna dari marketing sesungguhnya.
Pancarkan Aura
Salesmen itu kalau mengerti meaning marketing sebenarnya bisa memancarkan aura yang bisa dipercaya sehinga orang mau membeli karena jika ada salesmen yang merayu-merayu setegah memaksa sampai orang membeli itu, that is not marketing.
Jadi sebenarnya marketing selama ini banyak yang salah, yakni menghalalkan segala cara untuk menghasilkan duit. Saya paling ngeri kalau melihat seminar bagaiman cara menjadi kaya cepat.
Ya tak apa-apa sebenarnya karena menjadi kaya kan tidak salah. Sebab jika tak punya uang kan tak bisa menolong orang. Tapi kalau motivasi menjadi kaya hanya untuk menjadi kaya lalu diraih dengan tak benar, itu saya tak setuju.
Saya lebih setuju pada Aa Gym yang ibu-ibu tak suka itu, Aa Gym selalu mengatakan "Kita kerja saja dengan jujur, perkara nanti ada bonus dan keuntungan, ya sudah nikmati". Jadi teori marketing banyak kok samanya dengan ajaran agama.
Ajaran Islam
Di Islam soal salat dan puasa rajin dilakukan tapi jika hubungan horisontal dengan sesama manusia (customer satisfaction) tak diperhatikan sama dengan tak mengamalkan ajaran Islam
Kembali ke Body Soul. Perusahaan dunia itu menjadi brand merek) yang luar biasa tanpa ada advertising (iklan) maupun memiliki struktur public relation (PR). Bahkan perusahaan itu menjadi pelopor produk refill (isi ulang).
Saat ke Jakarta, Anita Roddick pendiri The Body Soul tak mengumpulkan agendan distributornya tapi mengumpulkan para aktivis wanita.
Anehkan... Ia membentuk brand dan kharismanya dengan menghalalkan segala cara untuk kaya, walaupun sebenarnya ia menjadi kaya karena The Body Soul dibeli sangat mahal oleh Loureal.
Itu seperti Sampoerna yang juga dibeli Philip Moris senilai Rp 30 triliun. Putera Sampoerna benar-benar menghayati bisnis rokok, walau pun rokok merusak kesehatan.
Menurut Putera Sampoerna bisnis itu mesti ditidurin, it sleep and dream dan mencintainya betul-betul.
Tapi ketika ia melihat bisnis ini secara global maupun di Indonesia terdesak dan hati nuraninya mengatakan lebih baik tak dibisnis ini maka dijual dengan harga mahal.
Dan Sampoerna juga kita lihat advertising-nya beda sekali yakni iklannya menyentuh hati nurani. (fir)
A serial article from Tribun Timur (2): Dari Hendry Ford hingga Starbuck
A serial article from Tribun Timur (2): Dari Hendry Ford hingga Starbuck
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Sunday, 16 September 2007
Hkstarbuck
Hkstarbuck2
This is the encrypt from the article
PERUBAHAN konsepsi marketing perlu kita pahami dengan mengajukan pertanyaan "why", yakni kayak dokter yang mendiagnosa penyakit. Lalu, "what" ketika penyakitnya ditemukan, selanjutnya "how" untuk tindakannya. Di dalam "why" kita melihat marketing 1.0 sebagai product centric marketing. Kita pokoknya punya produk yang bagus atau produknya tak terlalu bagus lalu hafalkan product knowladge-nya kemudian kita jual habis-habisan, termasuk dengan menghalalkan dan menggunakan berbagai cara.
Dalam marketing 1.0 ada yang namanya vision (visi). Misalnya untuk orang yang ingin kaya, harus punya visi untuk tiga tahun ke depan misalnya harus miliki uang Rp 3 miliar, entah dengan cara apa didapatkan.
Itulah visi. Katanya orang harus punya visi agar berhasil. Ini namanya vision-driven marketing. Era marketing ini mengacu pada gaya Hendry Ford. Ford dulu mengatakan, "Saya akan bikin produk/mobil yang murah agar semua orang bisa membeli mobil." Kemudian ia mengatakan lagi, "Any customer can have a car painted any color taht he wants so long as it is black" (Anda boleh pilih apa pun asalkan yang hitam).
Ford cuma membikin mobil berwarna hitam agar murah. Bagus sih, tapi selanjutnya ia kalah dengan General Motor karena menawarkan variasi produk yang banyak kepada konsumen. Kemudian customer centric. Era ini lebih maju, bahwa marketing itu harus mengerti customer-nya dan customer harapannya apa. Ini yang saya sebut dengan Marketing 2.0: Mission-Driven Marketing. Saya misalnya punya visi untuk kaya tapi juga dilengkapi dengan memiliki misi hidup untuk sesama. Contohnya kopi Sturbucks. Kopi ini diakui oleh pendirinya (Howard Schults) bukan kopi terbaik, ia mengatakan kopi buatannya berbahan baku dari kopi Jawa, Sumatera, dan Toraja.
Howard mengakui ia membuat Starbucks agar setiap orang yang meminum kopinya tak stres.
Dia malah ngomong Starbucks merupakan tempat ketiga untuk minum kopi. Tempat pertama di rumah karena kopinya murah dan gratis tapi sering diributin anak istri.
Tempat kedua minum kopi gratis ya di kantor. Tapi gimana mau enjoy kalau ingat terus soal target yang ditetapkan Bos.
Tapi di Starbucks biar kopinya yang dikasih hanya secangkir kecil dengan harga Rp 30 ribu tapi terasa enak. Aneh kan. Tapi era yang ketiga ini lain, yaitu Marketing 3.0: Values-Driven Marketing. Ada tiga tren yang perlu dipahami untuk melakukan perubahan konsepsi marketing yakni adanya digitalization, globalization, dan futurization yang sudah terjadi sekarang. (firmansyah)
A serial article from Tribun Timur (3): Sekarang Serba Ponsel
A serial article from Tribun Timur (3): Sekarang Serba Ponsel
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Monday, 17 September 2007
This is the encrypt from the article
MARKETING 3.0 apa itu? Kalau kita lihat model 4C (change, customer, company, competitor) yang selalu saya pakai dalam buku-buku saya sebelumnya, maka kita tak cukup dengan produk yang bagus atau mengenal customer dengan baik.
Itulah untuk membedakan marketing dengan selling. Kalau orang sale itu yang satu itu (salesmen), punya produk, kalau dia jagoan produk apa pun bisa dijualnya.
Tapi kalau orang marketing tak melihat sekadar produknya dia melihat customer-nya dulu lalu menciptakan produk yang kira-kira cocok dengn customer.
Starbucks itu contohnya. Produknya kopi biasa tapi karena dia lihat segmen customer yang dia sasar sekarang sumpek kalau minum kopi di rumah atau di kantor, dan cofee shop yang ada belum memberikan freedom (kebebasan) yang sesunguhnya bagi customer.
Maka dia menciptakan produk yang cocok sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang menghendakinya. Ini namanya customer centric.
Produknya bukan the best tapi mengutamakan kebutuhan customer.
Trend Baru
Ada beberapa trend baru yang membuat perusahaan- perusahan melakukan perubahan baik dari aspek change, customer, company, maupun competitor.
Perubahan trend itu terkait dengan teknologi (technology), political legal, ekonomi, social culture, dan pasar (market).
Era digitalization yang ditandai dengan trend teknologi sekarang kan luar biasa tuh.
Pasar selular di Makassar sekarang ramai, ada Telkomsel, Indosat, XL, Flexi, Fren, dan lainnya. Kondisi itu membawa perubahan yang besar terhadap budaya dan kebiasaan masyarakat di Sulsel.
Sekarang orang di daerah terpencil pun sekarang sudah inform dengan cepat bisa mencek sesuatu yang dibutuhkannya.
Nah teknologi ini yang membawa orang ke arah globalisasi (globalization) sehingga orang minta demokrasi (political legal), otonomi daerah (economy), orang berontak dengan tak mau lagi mengikuti social culture Jawa saja seperti Orde Baru dulu.
Zamannya Orde Baru saat Soeharto dulu berkuasa, political legal-nya monoton tuh, tiap pemilu tak menarik, Soeharto terus yang menang. Sekarang untuk 2009 (pemilu) nanti orang tak tahu siapa presidennya ya..rame terus kan. Saya ketemu JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) dua bulan lalu dan menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya teknologinya sudah bergeser.
Dulu belum digitalization, zamannya Bung Karno saya sebut Indonesia 1.0, Indonesia pada saat Bung Karno teknologinya masih agraris. Karena itu politik menjadi panglima. partainya banyak gak karu-karuan. Zaman Pak Harto saya sebut Indonesia 2.0. Teknologinya sudah bergeser dari agriculture ke industri. Sekarang ini SBY dan JK, eranya ICT (information, communication and technology). Buktinya apa? Petani- petani sekarang belum tentu punya sawah tapi memiliki ponsel.
Jadi ponsel itu sekarang menjadi panglima bukan lagi tanah. Kalau zamannya Bung Karno dulu, orang belum punya tanah dia tidak bisa hidup. Karena itu banyak terjadi protes soal penguasaan tanah.
Sedangkan di zamannya Pak Harto kalau orang tak punya mesin, tak bisa hidup karena kurang produktif. Petani meski punya teknologi yang bernama mesin. Sekarang teknologi bernama ICT karena itu panglimanya sekarang mestinya sosial dan budaya.
A serial article from Tribun Timur (4): Marketing itu Kejujuran
A serial article from Tribun Timur (4): Marketing itu Kejujuran
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Tuesday, 18 September 2007
This is the encrypt from the article
INDONESIA perlu sosial budaya baru. Karena jika politik masih menjadi panglima di kehidupan bangsa Indonesia berarti some thing wrong.
Di Amerika Serikat ada penelitian yang dilakukan oleh Prof Richard F bahwa negara bagian yang bisa menyatukan teknologi dan seni (art) akan maju.
Seperti yang terjadi di California. Industri kreativitas Holywood berkembang dan Silikon Value juga ada. Gubernurnya Arnold Schwarznegger, politisinya juga banyak dari kalangan industri film Hollywood.
Tapi kalau satu negara bagian terlalu hight tech tapi tak ada art-nya, demikian pula sebaliknya, maka negara bagian itu tak bisa maju-maju.
Sekarang di Indonesia situasi politik dan ekonominya beda-beda antar daerah, ndak seperti zamannya Soeharto dulu.
Kalau dulu orang ndak tau bahasa Jawa tak bisa naik pangkat, ya, Jawa sentris. Sekarang otonomi.
Saat ini eranya globalisasi tapi ada otonomi, karena banyak orang yang kalah di globalisasi.
Banyak orang yang mempertahankan daerahnya di era globalisasi sekarang. Karena tak bisa bahasa Inggris ya bahasa daerah saja.
Realitas itulah yang menuntut kita untuk memiliki budaya baru ICT (information, communication, and technology).
Saya katakan ini pada Pak JK (Jusuf Kalla, Wapres RI. Terus beliau bilang, "Iya benar pada zamannya Soeharto Indonesia di 2.0, customer-nya tak miliki ponsel sehingga tak terlalu pintar, akibatnya presidennya tak ganti-ganti."
Kemudian sekarang, menguasai market share bukan lagi hal yang penting tapi in futurization.
Yakni siapa yang membawa teknologi baru kemudian bisa menwarkan sesuatu yang baru walau market share-nya kecil, itu bisa menang.
Asal melakukan itu semua dengan kejujuran. Jadi the existing market share is nothing. Jadi tiga kata kunci ini (digitalization, globalization, futurization) yang membuat kita mau tak mau harus memasuki Marketing 3.0.
Nah, digitalization "mengatakan", "We have moved beyond the information age to the age of participation" karena itu jika Anda melakukan Marketing 3.0 Anda mesti mengundang orang untuk berpartisipasi.
Ingat ini hukumnya sekarang karena teknologi memungkinkan mengundang (melibatkan) orang.
Jadi kompetitor Anda mengundang orang dan Anda tak melakukan, maka customer akan marah.
Customer sekarang tak mau lagi jadi sub ordinir, tak mau menjadi satu level di bawah Anda. Kalau dulu top down, sekarang customer minta diikutkan.
Fenomena laptop murah misalnya menjadi indikasi customer mau diikutkan dan mau dipahami, termasuk tren blog menjadi salah satu indikator.
Yang bisa mem-building brand Anda yaitu customer. Serahkan kepada customer untuk build your brand.
Anita Rodick tidak pernah membangun brand The Body Shop dengan advertising satu arah.
Anita cuma memberi inspirasi kepada customer-nya bahwa orang kecil perlu dibela. Ini tentunya ada yang setuju dan tidak setuju, kondisi inilah yang membuat brand-nya menjadi kuat.
Globalisasi yang kedua mengatakan sebetulnya karena Anda tak perlu berada di suatu tempat tertentu untuk berhasil.
Misalnya tak perlu di Jakarta untuk berhasil. Di Makassar juga bisa mengalahkan orang Jakarta kalau mengetahui caranya, misalnya memiliki akses internet yang memadai.
Makanya globalisasi pun punya 1.0 di era tahun 1492-1800, ini era the new world dan powerfull countries. Kemudian globalization 2.0 (1800-2000) di mana dunia menjadi terasa kecil dan tumbuh multinational companies. Di dua masa ini barat mendominasi.
Nah, untuk Globalization 3.0 sekarang anyone bisa mendominasi. makanya ada buku The World is Flat, apa artinya ini, dunia menjadi datar dan Anda memiliki kesempatan yang sama di mana pun saja Anda berada.
Karena itu saya punya semangat. Aku orang Indonesia Mark Plus saya dirikan dari Surabaya ke Jakarta.
Saya mesti bisa menjadi nomor satu di wilayah South Asia 2010 nanti, 2015 untuk Asia, dan 2020 menjadi nomor satu di dunia.
Saya sudah bilang semua kepada anak buah saya. Saya mesti menjadi seorang yang produktif, sekarang sudah menulis enam buku, dan baru-baru ini menang untuk education training untuk GE Asia. Tahukan GE merupakan perusahaan terkemuka dunia.
Model 4C akan saya ajarkan di GE. Orang GE mau tahu tentang marketing maka mereka perlu tahu competitor, change, customer, dan company, dan saya bungkus dengan praktis dan sederhana.
Makanya saya bilang, marketing itu kejujuran, Anda tak perlu ngomong dengan cara profesor atau susah-susah beli gelar, ngapain.
Posted on Sep 21, 2007 at 10:41 AM | Permalink
A serial article from Tribun Timur (5): Menjual Konsep Syariah
A serial article from Tribun Timur (5): Menjual Konsep Syariah
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Wednesday, 19 September 2007
This is the encrypt from the article
PELANGGAN sekarang tak mau lagi jadi subordinir. Tak mau menjadi satu level di bawah Anda. Kalau dulu top down, sekarang customer minta diikutkan.
Fenomena laptop murah misalnya menjadi indikasi customer mau diikutkan dan mau dipahami, termasuk tren blog menjadi salah satu indikator. Yang bisa mem- building brand Anda yaitu customer. Serahkan kepada customer untuk build your brand.
Anita Roddick tidak pernah membangun brand The Body Shop dengan advertising satu arah. Anita cuma memberi inspirasi kepada customer-nya bahwa orang kecil perlu dibela.
Ini tentunya ada yang setuju dan tidak setuju, kondisi inilah yang membuat brand-nya menjadi kuat.
Globalisasi yang kedua mengatakan sebetulnya karena Anda tak perlu berada di suatu tempat tertentu untuk berhasil.
Misalnya tak perlu di Jakarta untuk berhasil. Di Makassar juga bisa mengalahkan orang Jakarta kalau mengetahui caranya. Misalnya, memiliki akses internet yang memadai.
Makanya globalisasi pun punya 1.0 di era tahun 1492- 1800, ini era the new world dan powerfull countries. Kemudian globalization 2.0 (1800-2000) di mana dunia menjadi terasa kecil dan tumbuh multinational companies. Di dua masa ini barat mendominasi.
Nah untuk globalization 3.0 sekarang siapa saja bisa mendominasi. Makanya ada buku The World is Flat. Apa artinya ini? Dunia menjadi datar dan Anda memiliki kesempatan yang sama di mana pun saja Anda berada.
Nomor Satu
Karena itu saya punya semangat. Aku orang Indonesia. Mark Plus saya dirikan dari Surabaya ke Jakarta. saya mesti bisa menjadi nomor satu di wilayah South Esast Asia 2010 nanti, 2015 untuk Asia, dan 2020 menjadi nomor satu di dunia.
Saya sudah bilang semua kepada anak buah saya. Saya mesti menjadi seorang yang produktif, sekarang sudah menulis enam buku, dan baru-baru ini menang untuk education training untuk GE Asia. Tahukan GE merupakan perusahaan terkemuka dunia.
Model 4C akan saya ajarkan di GE. Orang GE mau tahu tentang marketing maka mereka perlu tahu competitor, change, customer, dan company, dan saya bungkus dengan praktis dan sederhana.
Makanya saya bilang, marketing itu kejujuran, Anda tak perlu ngomong dengan cara profesor atau susah-susah beli gelar, ngapain.
Konsep Syariah
Kejujuran bisa juga cerminnya pada menyederhanakan konsep dan argumen. Ibu Siti Fajriah (deputi gubernur bidang perbankan syariah Bank Indonesia) mengatakan bahwa ia cocok dengan saya.
Kalau perbankan syariah dijual dengan istilah-istilah aslinya yang bahasa Arab, ini susah. Maknya ia ajak saya untuk mencarikan bahasa Indonesia dari layanan bank syariah agar gampang dijual.
Mengapa hal ini perlu dilakukan, karena baru 1,7 persen orang Muslim Indonesia yang mengerti dan mau memanfaatkan jasa bank syariah.
Padahal produk syariah jika dijelaskan saja sebagai produk kejujuran, profesionalisme, dan sebagainya, maka akan menjangkau target market yang non-Muslim.
Bank Mega Syariah yang di Surabaya letaknya di depan Pasar Atom, China Town. Kepala cabangnya Cina Katolik, sekarang majunya luar biasa. Ini karena menyederhanakan marketing. (fir)
04 October 2007
A serial article from Tribun Timur (6): Menjadi Social Business Enterprise
A serial article from Tribun Timur (6): Menjadi Social Business Enterprise
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Thursday, 20 September 2007
This is the encrypt from the article
IN the future. Anda tidak akan menang jika hanya menguasai teknologi. Anda mesti pakai art (seni). Teknologi dan art itu harus menyatu.
Di masa depan bukan lagi marketer diperhatikan tapi customer. Kalau customer melihat Anda melakukan doing good thing, Anda akan dianggap hebat.
The Body Shop terkenal karena dia ada perjuangan yang diembannya (prinsip), jadi bukan cuma ingin menjadi kaya atau menjadi besar. Atau bukan cuma vision driven atau mission driven, tapi ada di luar visi dan misi yang disebut value atau prinsip-prinsip tertentu.
Dampak dari perubahan budaya dan keinginan customer yang terjadi saat ini membuat competing to be the icon (competitor) karena customer juga menjadi more participative customer.
Dengan perubahan ini juga maka perusahaan (company) harus menjadi becoming a social business enterprise. Jika tidak, perusahaan Anda akan mati. Change-nya age of participation flattening global world the power of us.
Jika Anda mengikuti aliran a social business enterprise seperti The Body Shop, maka Anda tak perlu berpikir untuk menjadi yang terbesar, tidak perlu berebut market share, tetapi Anda akan mendapat hard share, social share, Anda akan dicintai kemudian soul share, Anda dijiwai oleh orang. Itu yang luar biasa .
Tapi kalau Anda ingin melakukan sesuatu dengan banting harga supaya market share-nya besar tapi kualitasnya habis. Itu membuat Anda menjadi pihak yang tak bertangungjawab terhadap kemanusiaan. Itu kan tak sesuai dengan hati nurani kita dan ajaran agama kita masing-masing.
Lalu "What"-nya adalah: saya ingin menggambarkan begini, Nabi Muhammad SAW itu kan mempunyai identitas yang jelas, positioning beliau adalah Al Amien (dipercaya) dan beliau membuktikan dengan integritasnya (brand integrity).
Jadi ada "3i" dalam marketing itu. Yakni identity Anda apa? Bukan sekadar nama. Anda bisa bikin nama (brand) tapi perlu identitas yang berbeda (positioning). Lalu integrity dan image
Sekarang saya ingin positioning mengajari marketing yang sufi. Bukan lagi mengajar orang door to door. Tapi sekarang saya ingin dipersesepsi memberi inspirasi untuk melakukan marketing secara jujur, marketing yang tidak menghalalkan segala cara, marketing yang tidak sekadar mission saja, tapi yang berdasarkan value atau prinsip.
Marketing seperti itu juga saya ingin sebut sebagai marketing Bhagawat Gita bukan lagi marketing Sun Tzu. Saya sekarang kalau disuruh bicara marketing Sun Tzu saya agak berat menyanggupinya walau dibayar dua kali lipat.
Jadi untuk menjadi perusahaan yang social business enterprise mulai dari memiliki seperti intelectual quation (IQ), what i thing dengan memiliki vision-driven marketing untuk menjadi good business.
Lalu memiliki emotional (EQ), what i feel dengan memiliki mission driven marketing untuk menjadi great business. Dan ternyata itu tak cukup.
Menjadi social business enterprise juga perlu nilai spiritual (SQ), what i am dengan memiliki values driven marketing sehingga menjadi sebuah sustainable business. Inilah Marketing 3.0. (fir)
A serial article from Tribun Timur (7): Belajarlah Berdagang di Islam
A serial article from Tribun Timur (7): Belajarlah Berdagang di Islam
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Friday, 21 September 2007
This is the encrypt from the article
Apa yang membedakan Islam dari agama-agama lain? Ini pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika saya mulai sering berbicara tentang Marketing Syariah.
Begini. Pada marketing, yang penting melakukan yang terbaik. Islam itu di mata saya mengajarkan hal itu dan saya menilai Islam sebagai The Complete for Good Life.
Karena Islam memberikan pemahaman bagaimana bedagang dengan baik, berkeluarga dengan adil.
Nabinya Islam, Rasulullah, yang mengajarkan bagaimana berdagang dengan benar dan jujur.
Islam juga mengajarkan bagaimana menjadi diploma dengan baik, ada caranya dalam Al Quran dan hadis.
Demikian pula untuk berperang secara adil juga diajarkan dalam Islam. Saya tidak mengatakan agama lain itu jelek. Tapi Islam itu punya keunikan tersendiri.
Itulah mengapa kita perlu melakukan sesuatu yang terbaik hingga melakukan atau menawarkan yang berbeda dengan penuh kejujuran.
Nilai inilah dalam Marketing 3.0, itulah meaning of marketing, yakni integritas. Makna marketing itu yakni integritas itu dan Al Amin (bisa dipercaya seperti Rasulullah).
Seperti halnya motor Harley Davidson. Itu jujur diakui oleh produsennya bukan sebagai motor terbaik tapi jika Anda sudah naik Harley, Anda akan lupa utang. Harley itu produk integritas karena dia tak pernah menjanjikan kenyamanan, malah panas, yang dia tawarkan adalah jika Anda naik Harley, Anda yang tidak percaya diri akan menjadi percaya diri. Lihat saja rata-rata orang yang suka Harley itu kan umurnya 50 tahun ke atas yang sudah mulai tak percaya diri. Jika berhenti di tikungan orang masih akan melihat, mempelototi, dan mengaguminya. Harley juga tidak memiliki market share yang besar tapi hidupnya enak kan, karena profitnya tinggi. Jadi ketika saya ngomong values-driven marketing, bukan berarti Anda tak perlu vison atau mission, tapi perlu memiliki value, yang bisa pula disebut dengan IQ, EQ, dan SQ.
Jadi jika marketer memiliki ketiga-tiganya (IQ, EQ, dan SQ) maka akan menjadi marketer yang good, great, dan sustainable. Contoh lain dari orang yang memiliki ketiga-tiganya itu selain Anita Roddick yakni Mohammad Yunus dengan Grameen Bank-nya (bank untuk orang miskin). Mereka ini merupakan acuan dari social business enterprise. Grameen Bank itu kan Islamic brand yang menjadi global brand. Ya itu karena kejujuran. (fir)
Posted on Sep 24, 2007 at 10:47 AM | Permalink
A serial article from Tribun Timur (8): Arti Marketing Sebenarnya
A serial article from Tribun Timur (8): Arti Marketing Sebenarnya
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Saturday, 22 September 2007
This is the encrypt form the article
MARKETING of the meaning atau arti marketing sebenarnya dari sisi individu yakni seorang marketer harus memiliki mind, heart, dan spirit.
Dari sudut company (perusahaan) juga memiliki mission, vision, dan values. Tidak boleh kita hanya berkeinginan (mind) membuat customer satisfaction (konsumen puas), kemudian menjadikan the most profitability company. Dan pokoknya saya harus lebih baik dari yang lain (be better).
Ternyata ini tak cukup. Perlu pula melangkah ke tahap kedua yakni memiliki heart yakni misinya menjadi aspirasi bagi orang lain agar ada aksi investasi. Berinvestasi dengan niat tak usah untung sekarang dengan besar tapi dikemudian hari saja (return ability).
Profit itu jangka pendek sedangkan return itu jangka panjang. Lalu secara values ingin menjadi beda dengan yang lain (differentiate).
Padahal untuk Marketing 3.0, yang paling bagus adalah juga memiliki spirit berupa misi untuk menjadi agar saya menjadi motivator dan memberikan gairah (practice compassion).
Di dalam perbuatan tidak banyak ngomong, diam-diam, seperti menurut Rasullulah bahwa apa yang dilakukan tangan kiri tidak boleh diketahui tangan kanan. Itulah practice compassion yang dimaksud.
Kedua, secara visi Anda harus buktikan untuk sustainability. Bukan cuma return ability tapi ingin terus karena harus sadar jika perusahaan bangkrut akan ada banyak pihak yang dirugikan.
Anda pernah membayangkan jika Starbuck atau Harley Davidson bangkrut. Ada jutaan orang di seluruh dunia yang akan rugi dan sedih.
Untuk tingkat Starbuck dan Harley, karena integritasnya membuat orang lain yang menginginkannya sustain.
Seperti halnya Elvis Presly atau The Beatles, mereka sekarang tak ada tapi kecintaan penggemarnya tak juga padam-padam.
Dari sisi values, spiritnya adalah untuk make a difference. Ini beda dengan differentiate.
Kita ambil contoh lagi The Body Shop yang membedakannya dengan yang lain yakni dia membangun brand-nya dengan prinsip.
The Body Shop bukan cuma produknya berkualitas tapi tokonya juga dia bikin bagus. Namun yang membikin orang fanatik pada The Body Shop itu bukan mission-nya seperti produk yang bagus dan lainnya, tapi pada values yang dimilikinya berupa aktivitas-aktivitas kemanusiaan, lingkungan, dan pemberantasan keterbelakangan orang terasing yang dilakukan Anita Roddick si pemilik The Body Shop. (fir)
http://hermawan.typepad.com/blog/2007/09/a-serial-arti-1.html
A serial article from Tribun Timur (8): Arti Marketing Sebenarnya
A serial article from Tribun Timur (8): Arti Marketing Sebenarnya
"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Saturday, 22 September 2007
This is the encrypt form the article
MARKETING of the meaning atau arti marketing sebenarnya dari sisi individu yakni seorang marketer harus memiliki mind, heart, dan spirit.
Dari sudut company (perusahaan) juga memiliki mission, vision, dan values. Tidak boleh kita hanya berkeinginan (mind) membuat customer satisfaction (konsumen puas), kemudian menjadikan the most profitability company. Dan pokoknya saya harus lebih baik dari yang lain (be better).
Ternyata ini tak cukup. Perlu pula melangkah ke tahap kedua yakni memiliki heart yakni misinya menjadi aspirasi bagi orang lain agar ada aksi investasi. Berinvestasi dengan niat tak usah untung sekarang dengan besar tapi dikemudian hari saja (return ability).
Profit itu jangka pendek sedangkan return itu jangka panjang. Lalu secara values ingin menjadi beda dengan yang lain (differentiate).
Padahal untuk Marketing 3.0, yang paling bagus adalah juga memiliki spirit berupa misi untuk menjadi agar saya menjadi motivator dan memberikan gairah (practice compassion).
Di dalam perbuatan tidak banyak ngomong, diam-diam, seperti menurut Rasullulah bahwa apa yang dilakukan tangan kiri tidak boleh diketahui tangan kanan. Itulah practice compassion yang dimaksud.
Kedua, secara visi Anda harus buktikan untuk sustainability. Bukan cuma return ability tapi ingin terus karena harus sadar jika perusahaan bangkrut akan ada banyak pihak yang dirugikan.
Anda pernah membayangkan jika Starbuck atau Harley Davidson bangkrut. Ada jutaan orang di seluruh dunia yang akan rugi dan sedih.
Untuk tingkat Starbuck dan Harley, karena integritasnya membuat orang lain yang menginginkannya sustain.
Seperti halnya Elvis Presly atau The Beatles, mereka sekarang tak ada tapi kecintaan penggemarnya tak juga padam-padam.
Dari sisi values, spiritnya adalah untuk make a difference. Ini beda dengan differentiate.
Kita ambil contoh lagi The Body Shop yang membedakannya dengan yang lain yakni dia membangun brand-nya dengan prinsip.
The Body Shop bukan cuma produknya berkualitas tapi tokonya juga dia bikin bagus. Namun yang membikin orang fanatik pada The Body Shop itu bukan mission-nya seperti produk yang bagus dan lainnya, tapi pada values yang dimilikinya berupa aktivitas-aktivitas kemanusiaan, lingkungan, dan pemberantasan keterbelakangan orang terasing yang dilakukan Anita Roddick si pemilik The Body Shop. (fir)
http://hermawan.typepad.com/blog/2007/09/a-serial-arti-1.html
Tribun-Timur.com edisi real time
Redisain Web tribun-timur.com
21 September 2007 - Tribun Timur telah meluncurkan tribun-timur.com dengan berita Real Time sesuai dengan motto "MAKASSAR SAAT INI" Selamat Untuk Tribun Timur
Putri Dosen Unhas Pimpin Tim Indonesia ke Inggris
| ||||||||||
|
|
|
Kata Kunci |
|
03 October 2007
How Citizen Reporters Work
| ||||||||||||||
Tribun Timur is a local newspaper in Makassar, the capital city of the Indonesian province of South Sulawesi, which benefits from citizen journalists. It was first published two years ago and has become one of the leading newspapers in Makassar, with a distribution of 50,000 copies and about 120,000 readers. In a talk with Tribun Timur Editor-in-Chief Dahlan, he explained that, as a new newspaper, his company has a limited budget for sending reporters overseas, although there are always newsworthy events, such as the pilgrimage to Mecca. In Indonesia, the most populous Muslim-majority country in the world, the media have always had special coverage of the Hajj and the pilgrimage process. The mainstream media usually send reporters to Mecca and for special coverage of the events during the Hajj season. “We practically do not have a special budget to send our reporters to Mecca, which is why we are trying to maintain cooperation with people who are going to Mecca, asking them to send reports to us. We started this kind of cooperation last year, and we have gained so much popularity among our readers, because the stories are unique and original. Thanks to the idea of citizen journalists, and we might say that our newspaper benefits from this model,” explained Dahlan. The Hajj is a holy procession for Muslims, and each year more than 200,000 Indonesian Muslims travel to Mecca to fulfill this religious call, as one of the pillars of Islam. In the 2005 season Tribun Timur received daily reports from two pilgrims, and editors in Makassar rewrote the stories before publishing them. The stories varied from the circumstances of the pilgrims, weather conditions, lack of coordination between Saudi authorities and Indonesian Hajj officials, to the food shortages experienced by some pilgrims. The citizen reporters in Mecca send summaries of the stories via SMS (short message service), and the newspaper in Makassar makes international phone calls for further information. “Before we make international calls, we explain to the citizen reporters that an international roaming fee might be applied and that, unfortunately, we cannot cover the cost,” said Dahlan. Based on the experience from the previous Hajj season, this year Tribun Timur feels more confident asking six citizen reporters for special coverage, one of the reporters being the mayor of Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, who will lead the pilgrims from Makassar. “Again, we experienced cooperation, as we received comments and letters from our readers saying that they are glad to see someone they know (the citizen reporters’ families, friends and relatives), who are providing first-hand stories from Mecca,” stated Dahlan. When at least 345 pilgrims died in a stampede during a stone-throwing ritual this Jan. 12, Tribun Timur received various first-hand stories from its citizen reporters, enabling it to provide comprehensive coverage. “I don’t think we could have such a rich coverage without the citizen reporters in Mecca. I am happy that we implemented this kind of journalism a year ago, so our international news is not merely dependent on global news agencies. We would not complain against the limited budget, but are trying to improve our relationship with the citizen reporters.” Last December Tribun Timur also received extensive first-hand reports about anti-WTO demonstrations in Hong Kong, sent by an Indonesian woman activist who joined the protests and discussions. | ||||||||||||||
|
Indonesia
Portal:Indonesia
From Wikipedia, the free encyclopedia
Indonesia, officially the Republic of Indonesia (Indonesian: Republik Indonesia), is a nation of islands consisting of almost 18,000 islands located in the South East Asian Archipelago. From the city of Sabang to Merauke to east about 5000 km and from the Island of Miangas to the Islands of Rote to south about 1000 km, Indonesia respects its diversity with the motto Bhineka Tunggal Ika or "Unity in Diversity". Jakarta, the nation's capital city is located on island of Java, which is one of the five most populated Indonesian islands, along with Sumatra, Kalimantan (Borneo), Sulawesi and New Guinea.
Since the seventeenth century, the archipelago has been inhabited by the Portuguese, Dutch and British, mainly for exploration and trading. Later, these countries demanded more than just spices and started colonising Indonesia. The Dutch ruled Indonesia for more than 300 years and in 1942, the Japanese arrived in Indonesia and ruled for three years.
Indonesia declared its independence from the Japanese on August 17, 1945. The country has more than 200 million citizens and is the most populous Muslim-majority nation. Currently, Indonesia is trying to recover after a series of disasters such as the 2004 Tsunami and 2006 Java earthquake.
Indonesia • Cities • Communications • Culture • Economy • Education • Geography • Government • Health • History • Law • Media • Military • Natural History • People • Politics • Provinces • Religion • Science & Technology • Society • Sport • Tourism • Transportation
Provinces of Indonesia • Nanggroe Aceh Darussalam • North Sumatra • West Sumatra • Riau • Riau Islands • Jambi • Bengkulu • South Sumatra • Bangka-Belitung • Lampung • Jakarta • Banten • West Java • Central Java • Yogyakarta Special Region • East Java • Nusa Tenggara • West Nusa Tenggara • Bali • East Nusa Tenggara • West Kalimantan • Central Kalimantan • South Kalimantan • East Kalimantan • North Sulawesi • Gorontalo • Central Sulawesi • South East Sulawesi • South Sulawesi • West Sulawesi • Maluku • North Maluku • Jayapura • West Papua
Indonesia stubs • Geography • People
- .. that at Ijen volcano complex, tens of sulfur mining workers carry 70–100 kilograms of highly concentrated sulfuric rocks, that were picked up by hands, from the caldera to the crater rim (200 metres away) daily.
- ... that in 1664 Run, one of the Banda Islands, and then held by the British, was considered so valuable by the Dutch, that they gave up a Dutch North Atlantic colony - an island known as Manhattan - in exchange for Run.
- ... that Bunaken (pic) is one of the most popular underwater vacation destinations in Indonesia? And that it has around 70 genera of corals compared to 10 in Hawaii?
- ... that the westernmost island of Indonesia, Weh Island, is the only known habitat of the threatened toad species, Bufo valhallae, according to IUCN list? The island is also known for its coral reef and the 21st finding of the rare and unusual megamouth shark in 2004.
- ... that one possible origin of the name of Krakatau is based on a linguistic misinterpretation of kaga' tau; meaning I don't know in Betawi language. Once, a captain ship asked a local inhabitant the island's name, and he replied "kaga' tau!".
Wikipedias in Indonesian languages
Banyumasan • Bugis • Jawa • Melayu • Sunda