05 October 2007

A serial article from Tribun Timur (2): Dari Hendry Ford hingga Starbuck




A serial article from Tribun Timur (2): Dari Hendry Ford hingga Starbuck

"Ulasan Marketing 3.0 Hermawan Kartajaya"
Tribun Timur, Makassar
Sunday, 16 September 2007

Hkstarbuck

Hkstarbuck2

This is the encrypt from the article

PERUBAHAN konsepsi marketing perlu kita pahami dengan mengajukan pertanyaan "why", yakni kayak dokter yang mendiagnosa penyakit. Lalu, "what" ketika penyakitnya ditemukan, selanjutnya "how" untuk tindakannya. Di dalam "why" kita melihat marketing 1.0 sebagai product centric marketing. Kita pokoknya punya produk yang bagus atau produknya tak terlalu bagus lalu hafalkan product knowladge-nya kemudian kita jual habis-habisan, termasuk dengan menghalalkan dan menggunakan berbagai cara.

Dalam marketing 1.0 ada yang namanya vision (visi). Misalnya untuk orang yang ingin kaya, harus punya visi untuk tiga tahun ke depan misalnya harus miliki uang Rp 3 miliar, entah dengan cara apa didapatkan.
Itulah visi. Katanya orang harus punya visi agar berhasil. Ini namanya vision-driven marketing. Era marketing ini mengacu pada gaya Hendry Ford. Ford dulu mengatakan, "Saya akan bikin produk/mobil yang murah agar semua orang bisa membeli mobil." Kemudian ia mengatakan lagi, "Any customer can have a car painted any color taht he wants so long as it is black" (Anda boleh pilih apa pun asalkan yang hitam).
Ford cuma membikin mobil berwarna hitam agar murah. Bagus sih, tapi selanjutnya ia kalah dengan General Motor karena menawarkan variasi produk yang banyak kepada konsumen. Kemudian customer centric. Era ini lebih maju, bahwa marketing itu harus mengerti customer-nya dan customer harapannya apa. Ini yang saya sebut dengan Marketing 2.0: Mission-Driven Marketing. Saya misalnya punya visi untuk kaya tapi juga dilengkapi dengan memiliki misi hidup untuk sesama. Contohnya kopi Sturbucks. Kopi ini diakui oleh pendirinya (Howard Schults) bukan kopi terbaik, ia mengatakan kopi buatannya berbahan baku dari kopi Jawa, Sumatera, dan Toraja.
Howard mengakui ia membuat Starbucks agar setiap orang yang meminum kopinya tak stres.
Dia malah ngomong Starbucks merupakan tempat ketiga untuk minum kopi. Tempat pertama di rumah karena kopinya murah dan gratis tapi sering diributin anak istri.
Tempat kedua minum kopi gratis ya di kantor. Tapi gimana mau enjoy kalau ingat terus soal target yang ditetapkan Bos.
Tapi di Starbucks biar kopinya yang dikasih hanya secangkir kecil dengan harga Rp 30 ribu tapi terasa enak. Aneh kan. Tapi era yang ketiga ini lain, yaitu Marketing 3.0: Values-Driven Marketing. Ada tiga tren yang perlu dipahami untuk melakukan perubahan konsepsi marketing yakni adanya digitalization, globalization, dan futurization yang sudah terjadi sekarang. (firmansyah)

No comments: