05 October 2007

SMS "Sayang" dan "Asmara" Oleh M. Arief Al-Fikri




:: RSS PANYINGKUL!
Selasa, 18-09-2007
SMS "Sayang" dan "Asmara"
:: M. Arief Al-Fikri ::

http://www.panyingkul.com/rssview.php?id=569

Berita Pilkada Sulsel yang kian gencar.
Foto: Repro Harian Tribun Timur/M. Arief Al-Fikri.


Selasa, 18-09-2007
SMS "Sayang" dan "Asmara"
:: M. Arief Al-Fikri ::


Masihkah ada ruang publik, media dan saluran komunikasi yang tidak dimanfaatkan tiga pasang kandidat yang akan bertarung dalam Pilkada Sulsel tanggal 5 November mendatang? Jawabannya sudah pasti: tidak. Kampanye Pilkada sudah seperti udara, ada di mana-mana, masuk ke paru-paru, terserap oleh kulit, disadari atau tidak. Pesan yang terus terang atau terselubung hadir di televisi, radio dan surat kabar, setiap hari, setiap menit. Bahkan selama bulan Ramadan, siaran berbuka puasa pun digempur “pesan sponsor”. Citizen reporter M. Arief Al-Fikri siswa SMAN 1 Makassar membagi hasil pengamatannya terhadap pesan pendek SMS dan berita Pilkada yang ditayangkan sebuah koran lokal di Makassar. Berikut ulasan sederhananya. (p!)

“Jangan ketinggalan info-info terbaru Pilkada Sulsel. Kirim SMS ke 9858....

Demikianlah penggalan keterangan yang tertulis dalam rubrik SMS Pilkada yang ditayangkan Harian Tribun Timur, koran yang populer dengan slogan; Spirit Baru Makassar. Harian yang sudah mengklaim diri sebagai pemimpin pasar di Makassar sejak kehadirannya tiga tahun lalu, memang gencar memberitakan segala sesuatu yang terkait Pilkada Sulsel untuk memilih gubernur dan wakil gubernur baru bulan November mendatang.

Para pembaca setiap harinya bisa menemui instruksi mengikuti berita Pilkada melalui SMS ini di rubrik politik Tribun Timur. Informasi tersebut menempati posisi header halaman. Petunjuk praktis ini seakan menjadi penyambut para pembaca sebelum membaca berita lainnya. Saya tertarik mengamati layanan berita Pilkada via SMS ini karena membayangkan bahwa pengelola media ini telah menempatkan berita Pilkada sebagai berita yang sangat ditunggu pembaca jauh hari sebelum hari “H”, dan untuk mendapatkan updating berita, tidak perlu menunggu hari esok, tapi cukup mengirim SMS saja.

Selain itu, ada pula SMS Pilkada yang bersifat interaktif, di mana pembaca yang mengirimkan SMS untuk menyatakan dukungan. Caranya, pembaca tinggal mengirim SMS baik berupa dukungan, informasi acara, posko, kegiatan, saran, kritik, dan laporan dinamika Pilkada di daerah masing-masing. Hanya dengan mengetik POL pesan pembaca, lalu kirim ke 0816252233, pesan pembaca akan dimuat setiap hari di rubrik politik.

Berikut ini sejumlah contoh SMS yang dimuat:

“KUDUKUNG ki SAYANG, hanya SAYANG yg memikat nuraniku untk saya sayang dan kupilih, untk warga Sulsel, pastikan SAYANG yg Pasti”

“AMIN/Mansyur meskipun udah Tua masih saja terlibat Asmara…tapi kita harus tetap “SAYANG” krn kita ingin BERUBAH UNTUK SEJAHTERA. BANTUKA’ BOSS!!!

“MAJU ASMARA kritik yg jujur trkadang mrupkn pujian yg trsmbuxi. satu mushku trLLu bnyk, seribu tmnku trLLu sdkit, memilih pemimpin hrs pntr2. Cagub yg trLLu mau akan fatal akibatxa (by Syafar in limbung tmcinna)”

“APAPUN yg terjadi pilihan kami tetap SYL, bahkan nyawa taruhanx pilihan kami tetap SYL. Hidup SYL, trims IR, keluarga besar Bonerate, kab. Selayar

Bagi warga Sulel, istilah yang lahir untuk kepentingan Pilkada, seperti SAYANG (Syahrul Yasin Limpo- Agus Arifin Nu’mang), ASMARA (Amin Syam-Mansyur Ramly) dan SYL (Syahrul Yasin Limpo) menjadi kata-kata yang mudah ditemui di mana saja.

Dari pengamatan yang saya lakukan selama sepekan pada akhir bulan Agustus 2007, dari rubrik SMS Pilkada harian Tribun Timur, rata-rata bunyi SMS yang ditayangkan berupa dukungan dan sindiran kepada para kandidat yang bertarung. SMS yang dimunculkan nyaris tanpa kritikan, keluhan, ataupun yang lainnya oleh para pembaca terhadap para kandidat. Padahal telah tertulis bahwa pembaca dapat mengirimkan pesan dalam bentuk dukungan maupun kritikan, Mengapa tidak kritikan? Penyebabnya bisa saja karena memang tidak ada pembaca yang mengirimkan kritikan, atau mungkin saja pihak redaksi koran tersebut memiliki kebijakan ketat dalam penayangan kritik, sebab di bagian bawah rubrik SMS Pilkada terpasang keterangan: Mohon maaf kami tidak menerima SMS yang menyerang kehormatan pribadi.

Meskipun ada dua SMS yang mengandung kritikan, namun tetap saja ujung-ujungnya berbunyi dukungan. Berikut kutipannya:

“DI DESA kmi sama skali tdk ada pmbngunan dari dana pmbangunan Desa sbnyk 50 juta, yg ada cuma pembangunan rumah kep Desa, Demi ALLAH kmi rakyat Desa Tellu Boccoe kec Ponre kab Bone akan mmilih bpk Aziz-Mubil krn niat bpk mmbrantas korupsi. Insya Allah kmi akan mendukung niat baik bpk wassalam.”

Atau yang ini:

“BUAT Elit GOLKAR,”Jangan Marah dimuara” dan “Berhentilah Mengaduk Samudra” tetapi “Railah Tanganku, Kuraih Tanganmu” itulah harapan semua orang, jngn kwatir Boss tdk ada tangan kuraih selain tangannya SYAHRUL, EWAKO cappo. BONE kue.”

Sebagai pembaca, tentu terbetik pertanyaan bagaimana SMS Pilkada ini bisa dilihat sebagai cerminan dukungan rill yang diperoleh setiap pasangan di tengah masyarakat. Berapa banyak jumlah SMS yang masuk untuk setiap pasangan dan bagaimana proses seleksi yang dilakukan redaksi terhadap SMS dukungan dan kritikan yang ditampilkan, tentu bisa didiskusikan lebih jauh. Sebagai pelajar, gencarnya SMS Pilkada membuat saya ingat kontes Indonesian Idol atau Kontes Dangdut Indonesia, yang pemenangnya memang dipilih berdasarkan banyaknya SMS. Memilih gubernur dan wakil gubernur tentu tidak sama dengan memilih idola bermodal SMS terbanyak.

Berita Pencitraan
Saya juga membaca hampir semua berita Pilkada Sulsel di harian yang sama, selama periode terakhir bulan Agustus. Meski ini bukanlah penelitian ilmiah, melainkah hanya sebuah review sederhana, dengan mudah saya menemukan berita-berita yang dari judulnya saya nilai sebagai berita peristiwa, tapi ternyata memuat pernyataan dukungan bagi calon tertentu.

Berita-berita Pilkada memang gencar, Topik-topik beritanya, kebanyakan mengabarkan kegiatan para kandidat Pilkada dan konflik antara sesama elit politik. Selain itu, ada juga ulasan aspirasi rakyat biasa yang rata-rata dari mahasiswa, dosen, direktur, dan kalangan well-educated lainnya. Pada bagian yang berisikan kritikan, pernyataan, usulan, dan aspirasi lainnnya tersebut, hanya memenuhi kurang lebih 10 % dari seluruh komposisi halaman, dikalahkan oleh berita kegiatan ceramah para kandidat di berbagai forum, kunjungan mereka ke daerah-daerah, dan konflik antara sesama elit pilkada yang nampaknya merupakan langganan rubrik politik setiap harinya dengan cara penyajian berita yang tak jauh beda dengan kabar para selebritis di infotainment.

Simak misalnya pertarungan soal “warna kuning”. Pada berita berjudul “Arfandy: Soal Kuning, Agus Tak Beritikad Baik”. Dijelaskan bahwa sekretaris DPD I Golkar Sulsel Arfandy Idris menilai Agus Arifin Nu’mang tidak beritikad baik, pasalnya tidak mematuhi ketentuan Golkar dalam menggunakan atribut yang identik dengan warna kuning. Elit Golkar kembali menyorot Agus lantaran munculnya iklan Agus di salah satu stasiun tv nasional dengan jaket kuning. Namun, saat dikonfirmasi secara terpisah, Agus enggan menanggapi banyak tudingan Arfandy. Ia merasa tidak pernah menggunakan atribut partai untuk mempengaruhi pemilih. “…….Kan tidak semua baju kuning adalah atribut Golkar, ”ujarnya. Ia lebih memilih fokus pada strategi pemenangan.

Setelah membaca ini, saya pun teringat dengan kasus grup band papan atas Dewa 19 yang sempat heboh di berbagai media beberapa tahun lalu terkait lambang Laskar Cinta-nya yang dituding meremehkan nama Allah SWT. Intinya, persoalan beda persepsi yang dibesar-besarkan.

Berita serupa juga saya temui pada judul “Panwas-KPU Bersitegang Soal Berkas Kandidat”. Pada berita dengan judul paling besar dari yang lainnya ini, sebagai pembuka berita, dipasang foto Dr. Juajir Sumardi (Ketua Panwas Pilkada) dan foto Andi Mappinawang (Ketua KPU Sulsel) di bawahnya beserta pernyataan masing-masing mengenai legalitas penyerahan berkas kandidat. Dituliskan bahwa KPU bersikukuh tidak akan menyerahkan berkas pencalonan ke panwas, sedangkan panwas meminta KPU tidak menghalang-halangi pekerjaan mereka. Namun, alasannya KPU tidak menyerahkan berkas tersebut kendati KPU tidak berkewajiban memberikannya ke panwas.

Selain dua berita di atas, masih ada beberapa berita konflik lainnya yang saya temui. Dan yang tidak kalah “spektakulernya”, adalah jenis berita yang saya sebut dengan “berita pencitraan”. Dua di antaranya melalui ulasan buku karya Syahrul Yasin Limpo : Ambil Tanganku, Kuambil Tanganmu, dan buku : Prof. Dr. H. Mansyur Ramly For Vice Governor, karya M. Saleh Mude.

Dalam “Membaca Kearifan Kepemimpinan” yang merupakan judul ulasan buku karya Syahrul Yasin Limpo, dijelaskan panjang lebar 22 paragraf mengenai pemikiran kearifan kepemimpinan seorang Syahrul Yasin Limpo. Kalimat-kalimat dalam tulisan tersebut antara lain berbunyi, “…buku ini hadir sebagai cerminan kepekaaan dalam mengamati apa yang berkembang di masyarakat; dapat diduga, Syahrul mengail inspirasi dari laku sufi Dato Patimang lalu mengukuhkan pandangan dan sikapnya tentang kepemimpinan dan pemerintahan; serta filosofi “ambil tanganku” sebagai sikap terbuka, sangat relevan di era modern dimana sinergi unsur pembentuk ikatan sosial, proses interaksi dalam organisasi, pola manajemen, inovasi dan kreativitas permanen adalah keterbukaan,”

Penjelasan ini semakin memperkuat “citra” seorang Syahrul Yasin Limpo sekaligus semakin memperkuat pesan untuk memilihnya di Pilkada.

Sedangkan pada ulasan resensi buku Prof. Dr. H. Mansyur Ramly For Vice Governor, bentuk pencitraannya melalui pernyataan-pernyataan “orang-orang yang tidak biasa”. Misalnya, “Mansyur Ramly telah menunjukkan prestasinya yang mengagumkan dalam dua bidang; ilmiah dan birokrasi”ujar Prof. Dr. HM. Quraish Shihab, ahli tafsir Al-Qur’an, dan,“Mansyur Ramly termasuk figur yang dapat mengkombinasikan institusi akademi, birokrasi, organisasi, dan insting politik. Sebuah subjek yang dapat mensejahterakan rakyat Sulsel” kata M. Jafar Hafsah, elit DPD Partai Demokrat. Hebat nian pencitraannya.

Ada juga satu berita yang membuat saya sedikit tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala setelah membacanya, yaitu berita berjudul “Mubyl Ceramah di HMI” yang terdiri dari 3 paragraf. Paragraf pertama dan kedua menjelaskan tentang kandidat wakil gubernur Mubyl Handalig, pasangan Azis Kahar yang berceramah dalam acara Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurut Ketua Bidang Hukum dan HAM Badko HMI Sulselrabar M. Aries Yasin, kehadiran Mubyl dalam acara yang digelar oleh PB HMI dengan Komisi Yudisial tersebut, dalam kapasitas Mubyl sebagai Ketua Korps Alumni HMI (KAHMI) Sulsel. Namun di akhir paragraf ditulis, ”Secara kelembagaan HMI memang tidak mendukung Pak Mubyl. Tapi secara emosional, semua kader tentu akan condong kepada beliau”ujar Aries.

Inilah yang membuat senyum saya merekah. “Oh, berita dukungan ternyata…”

Demikianlah contoh berita beserta komposisinya dalam rubrik politik harian Tribun Timur yang saya amati dalam sepekan. Ini tentu pengamatan sederhana saja, sebagai pembaca koran. Saya pun menyimpulkan, nyaris tidak ada berita yang “mencerahkan” para pembaca, yang mendominasi adalah apa yang saya istilahkan “berita obat bius” yang mengutip omongan dan janji para kandidat dan fanatisme pendukung mereka. Sekali lagi, ini ulasan pribadi saya, seorang pelajar yang setiap pagi membaca koran yang gencar mengabarkan Pilkada, seorang warga yang tidak luput dari kampanye ketiga kandidat di semua ruang publik, di semua media dan saluran komunikasi. (p!)

*Citizen reporter M. Arief Al-Fikri dapat dihubungi melalui email fick_ree@yahoo.co.id

| Beri Komentar| Jumlah Komentar (13) |
Komentar :

22-09-2007
Dari : Nia |
Tulisannya Fikri bagus. Nontonji di TVRI setiap maghrib? ada juga tawwa istri Cawagub & Pak Cawagub yang menyanyi lagu religi, pasti itu bagian dari kampanye toh?

20-09-2007
Dari : Recca | andi_recca@yahoo.com
mUdaH_mUdAhaN... GuBeRnUR yANg tERpiLiH...oRaNG yAnG mEMegAnG AmaNAh daN SeLAlu BerCErmin dAri PEngaLamaN... .........."JASMERAH" jAngaN Sekali_kALI MeluPAkaN SeJAraH............

19-09-2007
Dari : yusri | yusrinaksmansa@yahoo.co.id
Fikri, kami selalu mendukungmu!!!

19-09-2007
Dari : fikri |
buwat bang hali hd, saya tidak menuliskan itu karena ini merupakan review media. begitu!!!!

19-09-2007
Dari : syamsoe | www.toyota-gue.com
.. bagi saya siapapun orangnya yg naik tidak masalah, asal dia bisa membawa sulsel ke yang lebih baik. sukseskan Pilkada sulsel 2007-BIJAK DIGARIS TAK BERPIHAK ...

18-09-2007
Dari : halim hd. | halimhade@yahoo.com
bukan maen, fikri, boleh, boleh, setelah ada 'narkoba sospol' seperti yang pernah diungkapkan oleh pak alwy rachman pada pilkada yang lampau, kini ada 'bob' yang bukan 'robert', tapi 'berita obat bius'. mungkin ada baiknya, sekedar usulan, bagaimana kalau anda juga menanyakan kepada warga disekitar rumah anda atau kalangan kaum muda tentang pilkada dan calon yang ada. mungkin hal itu bisa melengkapi tulisan anda. tengkyu.

18-09-2007
Dari : nyonri | hasymi.ibrahim@gmail.com
fikri, tulisanmu melengkapi laporan-laporan lucu Pilkada Sulsel. Terima kasih.

18-09-2007
Dari : fikri |
bwt kakak2 editor, sorry salah ktikka tulisan yg bercetak hitam tebal, berikut yg bener: MOHON MAAF,KAMI TIDAK MEMUAT PESAN YANG MENYERANG KEHORMATAN PRIBADI. sekian,....tengkyu n sorryyyy BANGGEEET

18-09-2007
Dari : Ipul deGasz | ipulji@yahoo.com
inilah salah satu kekurangan dari media lokal di Makassar, kurang kritis..bahkan kadang terasa kurang kreatif...sy sama kayak Fick_ree, kadang2 merasa Pilkada ini over blow up..hampir tidak ada ruang yang tersisa untuk berita2 lainnya, dan sayangnya isi berita ttg Pilkada kadang2 juga malah tidak berbobot...buat fick_ree..muantaff boss...terus ko menulis cess...ditunggu tulisanmu berikutnya...salam..

18-09-2007
Dari : Ogi Sidenreng |
Terima kasih atas tulisanta' Fikri sama dengan Daeng Rusle, kita2 disini hanya bisa memantau Pilkada Sulsel dari jauh. semoga terpilih Gubernur yang sesuai dengan hati nurani Masyarakat Sulsel yang harus bersih dari narkoba dan korupsi.

18-09-2007
Dari : Nyomnyom |
Para politisi kita sekarang makin pandai merangkul tim kreatif untuk mencarikan singkatan-singkatan dan istilah yg kadang-kadang juga agak 'maksa'... yg jelas, para kandidat gubernur ini belajar banyak dari slogan TELKOMSEL...'hadir di setiap kecamatan..' ..kalau mereka bahkan lebih, balihonya hadir di setiap pelosok desa...

18-09-2007
Dari : nida | rianida48@yahoo.co.id
keep writing...yah

18-09-2007
Dari : rusle' | muhruslee@gmail.com
Elit bertempur, memenuhi semua ruang publik. Tidak adakah ruang utk tukang sapu jalan, utk paddoja masigi'? mungkin ada, setelah pilkada selesai, dan janji sudah dilupakan, maka penggusuran dan perubahan atas nama investasi dimulai. Thanks Fikri sudah membagi cerita ini, kami yang di tempat jauh bisa mengikuti konstelasi kampanye saat ini. Kalau saya punya hak pilih, maunya sih pilih yg malempu' saja...:)

1 comment:

Anonymous said...

http://lumerkoz.edu can you do thi for me, http://www.lovespeaks.org/profiles/blogs/buy-famciclovir accrued failsworth http://www.lovespeaks.org/profiles/blogs/buy-elavil bombed http://www.lovespeaks.org/profiles/blogs/buy-prilosec lineunder http://soundcloud.com/aricept kramer curacavi http://www.sqlprof.com/members/Buy-Inderal.aspx burglar expends